Mohon tunggu...
Maisyarah
Maisyarah Mohon Tunggu... Human Resources - Writer wanna be | Extrovert yang lebih senang di rumah

Saya suka menulis puisi, cerita pendek, dan caption sosial media. Saya bisa dan pernah menjadi pembawa acara (MC) dan juga saya tertarik membuat konten sederhana untuk sosial media yang mengulas makanan, hewan peliharaan, fashion, kecantikan, keperluan rumah tangga, dan sebagainya.

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Startup Bubble Burst, Benarkah Terjadi dan Bagaimana Dampaknya?

22 Juni 2022   17:30 Diperbarui: 22 Juni 2022   17:43 1170
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perusahaan startup adalah perusahaan muda atau rintisan yang didirikan untuk mengembangkan produk atau layanan yang unik. Perusahaan ini terus mengembangkan produk atau layanannya hingga mendapatkan pasar dan brand yang diminati atau menjadi tujuan bagi para konsumen.

Ada banyak perusahaan startup yang saat ini berdiri di Indonesia dan kebanyakan dari perusahaan startup ini mulai berdiri saat awal masa pandemi Covid-19 melanda. 

Pada awal kemunculan Covid-19, masyarakat didorong untuk beraktifitas dari rumah dan memanfaatkan kecanggihan teknologi dan internet di genggaman kita. Dan untuk memudahkan akses terhadap dunia digital, banyak sekali perusahaan startup bermunculan di masa pandemi Covid-19. Namun ternyata, kemunculan perusahaan startup sudah ada bahkan jauh sebelum masa pandemi Covid-19 terjadi.

Startup yang kini telah mendulang kesuksesan disebut dengan istilah "Unicorn" yaitu memenuhi persyaratan memiliki nilai valuasi lebih dari 1 miliar dolar AS atau setara dengan Rp 14 triliun. Ada banyak startup unicorn yang kita kenal diantaranya adalah Gojek, Traveloka, Tokopedia, OVO, Xendit, dan beberapa lainnya.

Perusahaan startup memiliki daya tarik sendiri dimata para pencari kerja dan pekerja. Tak tanggung-tanggung, banyak startup rela merogoh kocek dalam untuk memberikan penawaran gaji dan tunjangan yang menarik bagi karyawannya. 

Didukung dengan fasilitas kantor yang nyaman yang tak kalah saing dengan kantor Google, banyak sekali anak-anak muda yang kini berorientasi ke perusahaan startup dalam mencari pekerjaan. 

Jenjang karir yang ditawarkan pun tak main-main. Banyak level manajerial yang justru diduduki oleh anak muda dengan pengalaman kerja 3-5 tahun saja. Hal ini tentunya karena di perusahaan startup membutuhkan banyak ide-ide baru yang sesuai dengan minat pasar saat ini.

Namun tahukah kamu bahwa saat ini sedang marak hal yang disebut Startup Bubble Burst ? Seperti Yahoo yang kini kalah bersaing dari Google, sebenarnya apasih Startup Bubble Burst itu ? Yuk kita bahas lebih lanjut.

Istilah bubble burst belakangan ini cukup ramai diperbincangkan. Pasalnya, di bulan Juni 2022 terjadi fenomena startup bubble burst di sejumlah perusahaan rintisan di Indonesia. Fenomena bubble burst ini dikaitkan dengan gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) di industri perusahaan rintisan/startup. 

Dikutip dari Investopedia, Bubble Burst adalah siklus ekonomi yang ditandai dengan meningkatnya nilai pasar, terutama harga aset secara drastis. 

Namun kemudian diikuti dengan penurunan nilai atau harga yang cepat atau disebut kontraksi. Penurunan harga ini yang disebut sebagai bubble burst. 

Tak hanya baru kali ini saja, fenomena bubble burst terjadi setiap kali harga barang naik jauh di atas nilai riil barang. Bubble burst kemudian biasa dikaitkan dengan perubahan perilaku investor. 

Lalu, apasih penyebab terjadinya Startup Bubble Burst ?

Beberapa hal dibawah ini menjadi faktor utama pemicu terjadinya Startup Bubble Burst nih :

1. Pasar yang jenuh

Penyebab startup bubble burst yang pertama adalah pasar yang jenuh. Pasar jenuh atau disebut dengan saturated market bisa menjadi penyebab terjadinya fenomena startup bubble. Mengapa demikian?

Pasar jenuh merupakan sebuah kondisi yang menandakan permintaan terhadap suatu produk atau layanan telah mencapai puncaknya. Hal ini membuat perusahaan kesulitan menjual produknya. 

Selain itu, hal ini terjadi juga akibat pasar yang sensitif terhadap promo dan diskon. Sehingga jika perusahaan tidak membuat promo, maka jumlah konsumen akan menurun.

2. Produk yang ditawarkan kalah saing

Penyebab selanjutnya adalah ketika produk atau layanan yang ditawarkan suatu perusahaan kalah bersaing di pasaran. Hal ini menyebabkan perusahaan kehilangan pangsa pasar atau market share yang signifikan.

Jika perusahaan tidak menunjukkan performa yang bagus, maka tentunya tidak memuaskan para stakeholder dan investor. Terlebih, banyaknya startup baru yang bermunculan sehingga persaingan semakin ketat.

3. Sulitnya mendapatkan pendanaan untuk perusahaan startup

Penyebab bubble burst selanjutnya disinyalir bahwa startup sedang kesulitan mencari pendanaan. Pasalnya, situasi ekonomi global yang tak menentu menjadikan investor lebih berhati-hati menggelontorkan dana ke startup.

Sejumlah startup juga masih bergantung pada pendanaan untuk menjalankan bisnisnya. Oleh karena itu, ketika perusahaan gagal mendapatkan pendanaan, biasanya mereka tidak dapat beroperasi secara normal.

Setelah mengetahui apa penyebab terjadinya Startup Bubble Burst, yuk kita bahas tentang dampak yang mungkin ditimbulkan dari Startup Bubble Burst seperti berikut :

  1. Masalah keuangan semakin besar
  2. PHK atau pengurangan karyawan
  3. Penundaan pembukaan lowongan kerja di perusahaan startup

Nah itu tadi pembahasan mengenai Startup Bubble Burst.

Masih tertarik untuk bekerja di perusahaan startup ? 

Tenang! 

Terdapat banyak sekali perusahaan startup dengan profitable stabil atau bahkan tinggi yang bisa memberikan peluang untuk kamu dalam mengembangkan karir.

Berikut tips agar kamu bisa melamar pekerjaan di perusahaan startup :

  1. Cari tau mengenai daftar startup yang ada di Indonesia maupun di luar negeri.
  2. Kunjungi website dan lakukan research mengenai company profile, sumber pendanaan, klien atau customer, karyawan, benefit, hingga budaya kerja di perusahaan startup tersebut.
  3. Terhubung dengan company page perusahaan startup tersebut di LinkedIn.
  4. Terhubung dengan rekruter ataupun HRD dari perusahaan startup tersebut di LinkedIn.
  5. Pantau terus career page dari perusahaan startup tersebut baik melalui website nya, postingan di job portal seperti LinkedIn, Glints, atau Techinasia, akun instagram resmi perusahaan startup tersebut, sampai dengan menghubungi langsung rekruter nya di LinkedIn.
  6. Ambil kursus singkat untuk meningkatkan skill dan pengalaman kamu terkait posisi yang banyak dibutuhkan di perusahaan startup. Ada banyak jasa penyedia kursus singkat bahkan dengan jaminan kerja contohnya dari Hacktiv8, Purwadhika, MyEduSolve, RevoU, dan masih banyak lagi.
  7. Lamar posisi yang sesuai dengan kemampuan dan pengalaman kamu.
  8. Jangan ragu untuk memulai dari level magang di perusahaan startup.

Semoga artikel ini bermanfaat yaa :)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun