Menekuk lututku menghamba
Dalam sunyi remang kata-kata
Memuja tanpa suara
Hanya serpihan nafas rasa takutku
Sudah sangat lama
Bahkan rasanya tak teringat
Kapan tepatnya aku berusaha melawan
Melawan semua pemberian
Membohongi apa yang sesungguhnya ada
Aku ingin menyembunyikan kelemahan
Di dasar tak terartikan
Namun cahaya terus menerus menyilaukanku
Aku semakin melempar diri dalam gelap
Kegelapan menelan kerapuhanku
Karenanya bisa menghilangkan sebuah wujud
Hingga hanya terdengar detak lirihku
Pun dalam gelap aku bisa mengenali
Betapa kuat, betapa kuasa, betapa kasih
Energi lembut yang menuntunku dengan perlahan
Mengajari mataku menerima cahaya
Dalam damai bening jiwa
Ketenangan pada alam semesta yang merunduk
Merindukan . . .
Abadi . . .
Penyatuan yang tak lagi putus
Surabaya, 20 September 2010
07.53 WIB
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H