Mohon tunggu...
Maimun Ridwan Mukaris
Maimun Ridwan Mukaris Mohon Tunggu... Konsultan - Advokat, Konsultan Hukum dan Industrial Relation

Alumnus Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Pernah beberapa kali bekerja sebagai HRD dan GA Manager di beberapa perusahaan, menjadi anggota Dewan Pengupahan dan Pengurus APINDO. Sekarang aktif sebagai Advokat, Konsultan Hukum dan Industrial Relation. e-mail : maimunaster@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Sisi Humanis Refly Harun (Catatan Kecil Seorang Sahabat)

25 Januari 2020   11:07 Diperbarui: 25 Januari 2020   11:09 340
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Pak De Maimun (dia memang biasa memanggil saya Pak De), mohon berkenan menerima undangan saya. Salam. Refly Harun. Demikian pesan lewat aplikasi WA yang saya terima dari nomornya Refly Harun tanggal 13 Januari 2020 pukul 00.55 WIB. 

Ketika lampiran pesan tersebut saya buka menjelang subuh, ternyata berisi undangan untuk menghadiri peringatan hari ulang tahunnya yang ke 50 (lima puluh) pada tanggal 26 Januari 2020 di suatu tempat di Jakarta. Segera saya konfirmasi, insyaAllah saya akan hadir bila tidak ada halangan.

Setelah membaca undangan tersebut, memori saya langsung mengenang saat-saat persahabatan yang mulai kami rintis dulu semasa  kuliah. Refly Harun, pria kelahiran Palembang 26 Januari 1970 ini saya kenal sejak semester pertama dia masuk Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada. 

Saya 2 tahun lebih senior dari dia di Fakultas Hukum tetapi kami bisa menjadi akrab karena sama-sama senang berdiskusi dan beraktivitas diluar jadwal kuliah. Pekenalan dan aktivitas kami bisa pernah saya tulis di blog saya.

Saat itu saya menulis tentang Refly Harun karena aktivitasnya hampir tidak pernah terdengar lagi setelah menulis opini di harian Kompas, 25 Oktober 2010 yang mensinyalir adanya dugaan penyuapan atau permintaan uang oleh oknum hakim MK untuk memenangkan suatu perkara. 

Rupanya ada pihak-pihak tertentu yang merasa tidak senang dengan isi tulisan pada opini tersebut sehingga berusaha untuk menenggelamkan namanya (di-banned) agar tidak disebutkan atau dimunculkan dalam forum-forum dan pemberitaan. 

Tepat seminggu setelah saya menulis di blog tersebut yaitu tanggal 2 Oktober 2013 Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menangkap salah satu hakim MK dengan tuduhan menerima suap sebagaimana yang pernah ditulis dalam opini Refly Harun. 

Sejak penangkapan tersebut nama Refly Harun kembali sering disebut dalam pemberitaan dan pendapat-pendapatnya sering dijadikan pedoman dalam mengambil keputusan praktek ketatanegaraan di Indonesia.

Dalam rangka ulang tahunnya yang ke 50 (lima puluh) ini, saya ingin kembali membuat catatan tentang Refly Harun yang saya kenal dan ketahui. Catatan dan pendapat para cendekiawan dan orang-orang dekatnya tentang pemikirannya barangkali sudah banyak yang menulisnya. 

Pun dalam buku-buku yang dia tulis bisa juga dibaca biodatanya yang biasanya dicantumkan walau mungkin hanya singkat saja. Kali ini saya ingin menulis sisi humanis seorang Refly Harun yang mungkin belum banyak diungkap ke publik.

Sejak pertama mengenalnya, saya sudah punya penilaian bahwa Refly Harun adalah type orang yang suka bergaul dan berdiskusi. Kemampuan pengembaraan intelektul yang melebihi kematangan usianya menjadikan dia selalu mencari teman untuk bisa diajak diskusi dan bila sudah menemukan orang yang cocok untuk diajak diskusi maka dia akan mengakrabinya dan menjadikan sebagai teman dalam berfikir. 

Selalu banyak ide dan gagasan dalam pikirannya sehingga ketika menjabat sebagai Ketua BEM FH UGM pun banyak tema-tema yang bisa dijadikannya bahan penyelenggaraan diskusi kemahasiswaan yang kadang juga hingga lupa waktu dan jadwal perkuliahan. 

Pernah suatu ketika saya bersama Refly Harun menemui seorang guru besar yang mantan rektor, menyampaikan maksud guna mengundang guru besar tersebut menjadi nara sumber untuk suatu diskusi yang akan kami selenggarakan. 

Melihat jadwal yang kami sodorkan, sang guru besar tersebut langsung berkata," ehhh kalian tuh ga kepikiran, itu kan hari pertama bulan puasa, lagi lapar-laparnya kok disuruh mikir dan diskusi, cari nara sumber lain saja atau jadwalnya dirubah." 

Mendengar omongan guru besar tersebut kami terkejut tetapi setelah keluar ruangannya kami tertawa berdua mentertawakan kekonyolan kami dan selanjutnya berboncengan menggunakan sepeda motor bututku kembali ke kampus di Fakultas Hukum.

Pada bulan puasa, Refly Harun juga hampir tidak pernah absen sholat taraweh di gelanggang mahasiswa. Dia lebih suka sholat disitu karena diantara sholat isya dan taraweh selalu diisi ceramah oleh para intelektual muslim dengan tema-tema yang bisa menuntaskan dahaga intelektualnya. 

Beberapa kali saya berjumpa dengannya dalam taraweh tersebut tetapi tidak sering karena saya hanya taraweh di gelanggang jika penceramahnya adalah favorit saya mengingat saya lebih suka taraweh di masjid dekat rumah yang 23 roka'at. Pada keesokan harinya ketika ketemu di kampus, biasanya dia sering menceritakan materi ceramah yang semalam dia dengar saat sholat taraweh. 

Sisi humanis lain yang saya tahu dari Refly Harun adalah, rasa solidaritas dan care pada teman cukup tinggi. Selalu spontan membantu dalam batas kemampuannya bila ada teman yang mengalami masalah walapun tanpa diminta. 

Pernah suatu kali kami membicarakan seorang mahasiswi cantik yang sedang lewat di depan kami di koridor kampus, tidak lama kemudian dengan tanpa saya minta dia berusaha mendekatkan mahasiswi tersebut dengan saya. Ketika saya tanya kenapa kok punya inisiatif comblangi saya dengan mahasiswi itu ? Refly menjawab, "ya siapa tau jodoh, kalo berjodoh kan saya ikut senang dan dapat pahala." 

Yang lalu saya jawab, "Ya kalo sama-sama naksir sih ga papa malah bagus, persoalannya kan kalo dia naksir tapi saya tidak, itu yang jadi masalah." Kemudian kami sama-sama tertawa dan Refly menimpali," Ga usah minder, saya yakin kamu akan bertepuk dua tangan, bukan sebelah tangan, tapi dua-duanya tangan kamu sendiri." Masih dengan tawa khasnya.

Refly Harun adalah pribadi yang suka berteman dan bersahabat. Dia masih tetap ingat dan menjalin silaturahim dengan teman dan sahabat-sahabatnya waktu masih sekolah dan kuliah. Begitu juga dengan saya Refly masih mau bersahabat dan bertemu hanya untuk sekedar makan atau nonton bola bareng. 

Padahal relasi dan koleganya sekarang sudah semakin banyak dan banyak diantaranya adalah orang-orang penting di negeri ini, sangat kontras dengan saya yang sebenarnya "no body". Pada awal masa reformasi dia menginisiasi untuk bertemu dengan teman-teman setiap minggu pagi di Masjid Al-Azar Kebayoran, mendengarkan ceramah ahad pagi dilanjutkan diskusi dan sarapan bareng. Kegiatan tersebut terus kami lakukan hingga bubar dengan sendirinya karena kami sibuk dengan urusan masing-masing. 

Kampus FH UGM saya kira adalah salah satu tempat yang berkesan dalam sejarah hidup Refly Harun karena di kampus itu Refly tidak hanya memperoleh pendidikan dan ijazah Sarjana Hukum (SH) tetapi juga memperoleh jodoh yang dinikahinya setelah lulus dan bekerja. Pada awalnya diantara kami sesama aktivis kampus tidak ada yang mengetahui kalau Refly berpacaran dengan sesama aktivis. 

Hal ini karena image bahwa aktivis mahasiswa muslim itu tidak berpacaran, kalo cocok ya langsung aja nikah. Akan tetapi secara klandestein ternyata hati mereka telah terpaut yang berujung pada pernikahan dan hingga kini telah dikaruniai 2 (dua) orang keturunan putra dan putri yang telah menginjak bangku kuliah. Semoga saja pernikahan mereka abadi dan tetap bersatu hingga di syurga firdaus. Aamiin.

Pada kesempatan yang baik ini saya ingin mengucapkan selamat ulang tahun yang ke 50 (lima puluh) untuk Refly Harun, semoga panjang umur dan senantiasa sehat, sukses serta dikaruniai keluarga yang bahagia dan barokah. Aamiin. Terima kasih atas undangannya.

Salam dari perbatasan Bogor Bekasi

Maimun Ridwan Mukaris, @maimun_a@yahoo.com

Advokat tinggal di Cileungsi Bogor

#50TahunReflyHarun

#ReflyHarun       

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun