Selalu banyak ide dan gagasan dalam pikirannya sehingga ketika menjabat sebagai Ketua BEM FH UGM pun banyak tema-tema yang bisa dijadikannya bahan penyelenggaraan diskusi kemahasiswaan yang kadang juga hingga lupa waktu dan jadwal perkuliahan.Â
Pernah suatu ketika saya bersama Refly Harun menemui seorang guru besar yang mantan rektor, menyampaikan maksud guna mengundang guru besar tersebut menjadi nara sumber untuk suatu diskusi yang akan kami selenggarakan.Â
Melihat jadwal yang kami sodorkan, sang guru besar tersebut langsung berkata," ehhh kalian tuh ga kepikiran, itu kan hari pertama bulan puasa, lagi lapar-laparnya kok disuruh mikir dan diskusi, cari nara sumber lain saja atau jadwalnya dirubah."Â
Mendengar omongan guru besar tersebut kami terkejut tetapi setelah keluar ruangannya kami tertawa berdua mentertawakan kekonyolan kami dan selanjutnya berboncengan menggunakan sepeda motor bututku kembali ke kampus di Fakultas Hukum.
Pada bulan puasa, Refly Harun juga hampir tidak pernah absen sholat taraweh di gelanggang mahasiswa. Dia lebih suka sholat disitu karena diantara sholat isya dan taraweh selalu diisi ceramah oleh para intelektual muslim dengan tema-tema yang bisa menuntaskan dahaga intelektualnya.Â
Beberapa kali saya berjumpa dengannya dalam taraweh tersebut tetapi tidak sering karena saya hanya taraweh di gelanggang jika penceramahnya adalah favorit saya mengingat saya lebih suka taraweh di masjid dekat rumah yang 23 roka'at. Pada keesokan harinya ketika ketemu di kampus, biasanya dia sering menceritakan materi ceramah yang semalam dia dengar saat sholat taraweh.Â
Sisi humanis lain yang saya tahu dari Refly Harun adalah, rasa solidaritas dan care pada teman cukup tinggi. Selalu spontan membantu dalam batas kemampuannya bila ada teman yang mengalami masalah walapun tanpa diminta.Â
Pernah suatu kali kami membicarakan seorang mahasiswi cantik yang sedang lewat di depan kami di koridor kampus, tidak lama kemudian dengan tanpa saya minta dia berusaha mendekatkan mahasiswi tersebut dengan saya. Ketika saya tanya kenapa kok punya inisiatif comblangi saya dengan mahasiswi itu ? Refly menjawab, "ya siapa tau jodoh, kalo berjodoh kan saya ikut senang dan dapat pahala."Â
Yang lalu saya jawab, "Ya kalo sama-sama naksir sih ga papa malah bagus, persoalannya kan kalo dia naksir tapi saya tidak, itu yang jadi masalah." Kemudian kami sama-sama tertawa dan Refly menimpali," Ga usah minder, saya yakin kamu akan bertepuk dua tangan, bukan sebelah tangan, tapi dua-duanya tangan kamu sendiri." Masih dengan tawa khasnya.
Refly Harun adalah pribadi yang suka berteman dan bersahabat. Dia masih tetap ingat dan menjalin silaturahim dengan teman dan sahabat-sahabatnya waktu masih sekolah dan kuliah. Begitu juga dengan saya Refly masih mau bersahabat dan bertemu hanya untuk sekedar makan atau nonton bola bareng.Â
Padahal relasi dan koleganya sekarang sudah semakin banyak dan banyak diantaranya adalah orang-orang penting di negeri ini, sangat kontras dengan saya yang sebenarnya "no body". Pada awal masa reformasi dia menginisiasi untuk bertemu dengan teman-teman setiap minggu pagi di Masjid Al-Azar Kebayoran, mendengarkan ceramah ahad pagi dilanjutkan diskusi dan sarapan bareng. Kegiatan tersebut terus kami lakukan hingga bubar dengan sendirinya karena kami sibuk dengan urusan masing-masing.Â