Mohon tunggu...
Maimai Bee
Maimai Bee Mohon Tunggu... Novelis - Penulis

Hai. Saya Maimai Bee, senang bisa bergabung di Kompasiana. Saya seorang ibu rumah tangga yang mempunyai tiga orang putra. Di sela waktu luang, saya senang membaca dan menulis. Salam kenal.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Bekal Sekolah (Bagian 2)

20 Januari 2023   09:25 Diperbarui: 20 Januari 2023   11:09 96
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Image pexels-caleb-oquendo

"Aduh, Ibu ngagetin aja." Timo berbalik dengan cemberut.

Ibu tertawa kecil. "Lagian, kamu kerja sambil melamun. Tumben piring dan kotak bekalnya langsung dicuci semua?"

"Iya, Bu. Kan bersih pangkal sehat," kilah Timo manis.

Ibu mengangkat kedua alisnya, merasa sedikit curiga. Ia melihat ke kanan dan ke kiri, tapi tidak ada yang aneh. Ibu lalu tersenyum. "Nah, begitu baru namanya anak pintar," kata Ibu seraya mengacak rambut putranya.

Bocah itu tersipu. "Timo mau mengerjakan PR dulu, Bu," katanya seraya pergi.

Ibu memandangnya heran. Biasanya setelah makan siang, anak itu langsung bermain dengan teman-temannya. Ibu hanya menggeleng lalu melanjutkan menyiapkan oven, tepung dan bahan-bahan lainnya. Rencananya ia akan membuat kue kering untuk camilan sore.

Setelah mengadon dan membentuk kue, Ibu memanaskan oven. Di samping meja kompor tampak banyak semut berbaris. Hewan-hewan kecil itu berjalan menuju tong sampah di bawah wastafel. Ibu merasa heran, karena tadi pagi ia sudah mengosongkan tempat sampah dan mengganti plastik penutupnya. 'Kenapa banyak semut?' pikir Ibu sambil membuka penutup tong sampah. Tampak nasi goreng, telur dan sosis bertumpuk di dasar tong.

Ibu mengernyit. "Timo ... Tim, ke sini dulu sebentar," panggilnya seketika.

"Ya, Bu," jawab bocah itu dari kamar.

Tak lama kemudian ia sudah berada di dapur. "Ada apa, Bu?" tanyanya polos.

"Tadi katanya bekal sekolah sudah habis. Ini apa?" Ibu menunjuk tong sampah dengan gusar.

Timo tertunduk. Ia diam seribu bahasa.

"Tim?"

"Maafin Timo, Bu. Tadi Timo lupa makan bekal karena keasyikan main," jawabnya lirih.

"Tapi kalau dibuang, kan, sayang, Tim?" sesal Ibu lagi.

"Timo takut dimarahi, Bu," ujar Timo masih menunduk.

Ibu menurunkan tubuh dan berjongkok di depan putranya. "Lebih baik jujur, Nak. Ibu tentu akan menegurmu, karena sudah lalai nggak menghabiskan bekal. Tapi, itu lebih baik dari pada berbohong dan membuang makanan sembarangan. Lihat, jadi banyak semut. Lagi pula mubazir membuang makanan, padahal masih bagus. Kalau kamu nggak mau, bisa untuk Gina atau Ibu. Sayang, kan, Tim?" kata Ibu panjang lebar.

Timo mengangkat kepalanya. "Maafin Timo, Bu. Timo mengaku salah."

Ibu tersenyum lembut. "Jangan diulang lagi, ya, Nak."

Timo mengangguk. "Iya, Bu."

Ia menatap ke tempat sampah. Nasi goreng buatan ibu sangat enak. Seharusnya ia jujur saja tadi, jadi masih bisa makan nasi goreng. Timo menggeleng penuh penyesalan.

Kotabaru, 30 November 2022

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun