Mira dan Dea sudah mengambil sapu. Masih ada tersisa satu sapu lagi di sudut kelas. Joni mengambilnya dan hendak menyapu.
Dilihatnya Danang sedang berusaha mengangkat kursi ke atas meja. Danang adalah murid ABK (Anak Berkebutuhan Khusus). Tangan kanannya cacat, jadi dia menulis dengan tangan kiri.
Kata Bu Guru, sekolah mereka adalah sekolah inklusi. Murid normal dan murid ABK belajar bersama-sama. Di kelas Joni ada dua orang murid ABK. Kata Bu Guru, semua murid harus saling menghormati. Danang kadang-kadang ditemani ibunya. Danang anak yang rajin, tetapi pendiam. Ia pintar dan baik hati.
Danang tampak kesusahan. Joni berjalan mendekatinya. "Nang, biar aku saja yang mengangkat kursi. Kamu menggantikan aku menyapu. Mau?" katanya.
Danang menoleh. "Kursinya berat, loh, Jon," jawabnya heran.
"Nggak apa-apa, aku nggak suka menyapu. Sapunya sering terantuk ke kakiku, mengesalkan."
Danang tertawa lalu mengambil sapu dari tangan Joni.
"Menyapu itu pekerjaan cewek," kata Joni sambil menaikkan kursi.
"Enak saja. Kata Bu Guru, cewek dan cowok itu sama, Jon," ujar Mira sambil menyapu.
"Iya, Jon, kamu nggak boleh bilang begitu," tambah Dea yang sedang memegang serokan sampah.
Joni meringis. "Iya, maaf. Aku cuma bercanda," sahutnya dengan raut wajah memerah.