"Kembalilah ke dunia, Anakku. Waktumu belum tiba," ucap sosok itu penuh wibawa.
Aku mengangkat kepala. "Tolong Finn, Tuan Hakim. Aku tak ingin dia hancur dan menghilang karenaku. Tolonglah, Tuan Hakim. Dia sudah sangat lemah. Aku rela menggantikannya, asalkan dia selamat, Tuan---," pintaku terbata-bata.
Sosok itu berdiri. "Waktunya hampir habis. Sudah tidak ada harapan."
"Tidak, Tuan. Tolonglah, aku mencintainya!" tangisku pedih.
Aku meletakkan Finn pada lantai yang hangat. Kupeluk tubuhnya erat, matanya sudah tidak berpendar. "Finn, selalu ada harapan. Tuhan, tolong aku---tolong kami!" seruku histeris. Aku berdoa dan menangis bersamaan.
Bersambung.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H