"Wah, betapa sebuah nama bisa sangat menyesatkan, ya," ucapnya, "seperti aku, diberi nama Parlin yang berasal dari kata Parlindungan. Ternyata aku enggak jadi polisi atau pelindung masyarakat, tapi malah jadi dokter."
"Kamu seorang dokter?" tanyaku. Aku semakin terkesan dibuatnya. Dengan tubuh seperti itu, dia bisa saja menjadi seorang model.
"Yep. Kamu?"
"Aku pialang saham," jawabku ringan.
Ia membelalak. "Pilihan profesi yang tidak biasa. Aku malah mendapat kesan, kamu pegawai bank."
Aku meringis. "Banyak yang menduga begitu. Mungkin karena penampilanku yang rapi."
Parlin menggeleng. "Karena kamu cantik dan percaya diri," ucapnya menatapku dalam, "boleh aku berkonsultasi denganmu?"
Aku mengangguk. "Silakan saja," jawabku mengambil kartu nama dari dompet dan menyerahkannya.
Ia membaca sekilas lalu menyimpan ke dalam saku kemejanya.
"Mau tanam saham apa rencananya?" tanyaku sambil beranjak mengikutinya berjalan menuju kasir.
Parlin berhenti lalu memandangku serius. "Aku ingin menanam saham di hatimu. Boleh?"