Mohon tunggu...
Mailaffaida AmaliaPutri
Mailaffaida AmaliaPutri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Airlangga

Mendengarkan musik dan menonton dokumenter flora dan fauna

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Berhenti mempekerjakan satwa sebagai mesin uangmu!!

21 Desember 2024   14:22 Diperbarui: 21 Desember 2024   14:22 34
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gajah di alam liar ( sumber : Pinterest ) 

Gimana? sudah wajar gak sih? kenapa harus diberhentikan?

 wisatanya sepi dong kalau gini, padahal bakal rame terus kalau tetep diadakan?

Semua kalimat di atas wajib kita hilangkan dari pemikiran kita. Karena seharusnya  hewan apapun tidak digunakan sebagai alat penarik uang dari para pengunjung tanpa memerhatikan batasan atau prinsip kesejahteraan hewan yang biasa disebut dengan animal wellfare. Ambil contoh gajah dari famili Elephantidae. Mamalia herbivora bermassa mencapai 7.000 kg dengan tinggi 4 Meter, memiliki belalai dengan kulit berwarna abu - abu tua, sepasang telinga yang besar dan bagi jantan memiliki gading berwarna kuning tulang yang besar dan gagah kerap kita temukan sebagai wahana di kebun binatang, parade ataupun sirkus.

Memanglah kagum rasanya melihat mamalia sebesar ini secara dekat apalagi sensasi menungganginya. Tak jarang para orang para  dewasa menungganginya bersama anak-anak mereka mengelilingi rute yang telah dibuat sambil berselfie ria untuk keperluan media sosialnya. Hal inilah yang memicu kecacatan tulang punggung pada gajah karena tulang gajah tidak di desain untuk mengangkut beban. Pada akhirnya bentuk tulang punggung gajah aneh atau mencekung karena membawa beban secara berlebihan. Meski terlihat tulangnya lebih gagah dan kuat daripada tulang manusia, dalam jangka waktu yang lama akan membuat tulang mereka berubah struktur dan bentuk yang merugikan bagi gajah. Ini baru satu contoh dampak dari perilaku egois manusia, adalagi eksploitasi gajah yang dilakukan manusia.  Di media sosial baik instagram maupun tik-tok sempat viral video yang disebarkan oleh @lambe_turah, www.suara.com, www. Riauin.com, www.Nalartv.com dan www.tribunnews.com menunjukkan seekor gajah sedang menarik dua potongan pohon panjang dari dalam hutan dengan rantai yang dikalungkan di tubuhnya. Terlihat gajah tersebut kesusahan untuk menarik pohon dengan sekuat tenaga dengan medan jalanan yang berlumpur. Bagi manusia seharusnya gajah tersebut tidak kesusahan karena badannya lebih besar, tetapi terdapat video berbeda dimana kaki gajah seperti bergetar karrena tidak kuat menahan massa tubuhnya sendiri untuk menarik pohon tersebut.

Gajah Tikiri ( Sumber : www.bbc.com )
Gajah Tikiri ( Sumber : www.bbc.com )

Pernah berpikir bagaimana gajah - gajah tersebut menurut kepada pawangnya? di beberapa sirkus ataupun wisata menunggang gajah para pawang tersebut menggunakan benda seperti kapak tumpul yang dipukulkan kepada gajah agar menuruti arahan sang pawang. tak jarang gajah tersebut diambil saat usia bayi dari induknya yang dibunuh lalu akan diikat rantai dengan tujuan supaya tidak bisa melarikan diri dan lebih patuh kepada pawangnya. Hal ini cukup mengejutkan dikarenakan seorang anak kecil saja masih membutuhkan peran orang tua dalam kesehariannya, apalagi gajah kecil ini yang dipisahkan dari induknya dan dirantai pendek sendirian. Pada tahun 2023 kembali gempar eksploitasi gajah ini. Seekor gajah betina bernama Tikiri dipekerjakan saat pawai di India selama 70 tahun. Disana parade dengan gajah memanglah hal yang biasa saja. Tetapi beda dengan Tikiri, dibalik jubah berlapis yang megah itu tersembunyi tubuh Tikiri yang kurus kekurangan nutrisi hingga tulangnya terlihat. Menurut World animal Protection sekitar 3.000 gajah di Asia digunakan sebagai hiburan dan 77% diperlakukan secara tidak adil.

Tentu saja contoh - contoh diatas menyalahi 5 prinsip kesejahteraan hewan yang berisi :

1. Bebas dari rasa lapar, malnutrisi dan haus

2. Bebas dari rasa takut dan stres

3. Bebas dari rasa tidak nyaman 

4. Bebas dari rasa sakit, luka dan penyakit

5. Bebas untuk mengekspresikan perilaku normal dan alami

Dengan adanya tekanan-tekanan seperti di rantai pendek kakinya, ditempatkan pada tempat yang kurang memadai, dibiarkan kurang nutrisi, kekerasan fiisk serta dipisahkan dari indukan atau rombongannya sudah sangat menyalahi 5 prinsip kesejahteraan hewan. Menunggangi gajah sebetulnya tidak diperbolehkan karena bisa menyebabkan kecacatan pada tulang punggungnya. Tetapi dalam konservasi tidak dapat dipungkiri para pawang harus menunggangi leher gajah untuk mengusir atau mengembalikan gajah-gajah liar jauh dari pemukiman warga. Alangkah baiknya menghindari mempekerjakan hewan guna mencari uang. Perlu adanya aksi cegah perluasan lahan agar gajah-gajah ini tidak melewati dan merusak di wilayah manusia dan tetap di area bebas dari konstruksi. seperti yang dilakukan oleh masyarakat India di Kerala Temple, mereka mengganti gajah hidup dengan robot gajah sesuai dengan besar dan tinggi gajah asli menurut www.vanakkammalaysia.com.

Ayo sadar dan bantu para satwa disekitar kita sejahtera sebagaimana semestinya, tak hanya gajah atau hewan tertentu melainkan seluruh satwa di Indonesia dan dunia agar tidak menimbulkan kerugian bagi kedua belah pihak !

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun