Mendekati kontestasi pemilu serentak di tahun 2024, berita-berita tentang tokoh politik dan partai politik tengah berseliweran di media-media. Berita yang sedang hangat dan menjadi perbincangan di medium mainstream adalah tentang partai politik yang gencar membangun narasi politik untuk menciptakan kekuatan petahanan koalisi antar partai.
Partai politik kini sedang melakukan teknik gerilyanya untuk dapat berkoalisi. Koalisi antar partai yang paling utama partai akan memperhatikan akan elektabilitas petahanan dan popularitas calon yang diusung oleh partai politik yang akan berkoalisi tersebut (Hamiruddin).Â
Realitasnya, koalisi antar partai tidak lagi memperhatikan eksistensi ideologi partai dan kredibilitas kandidat, yang jadi perhatian adalah popularitas calon. Popularitas tersebut menjadi sebuah alasan dasar bagi tokoh politik untuk diusungkan oleh partainya. Popularitas itu menyangkut kepada elektabilitas (keterpilihannya) di tengah masyarakat.
Dalam rangka untuk mendapatkan ukuran dan riset tentang elektabilitas kandidat, dibutuhkanlah lembaga yang mampu untuk mengukurnya dengan melakukan riset, sehingga hal itu yang melandasi munculnya lembaga-lembaga survei di Indonesia yang menjamur keberadaannya untuk sebuah kepentingan data.
Popularitas
Popularitas calon menjadi patokan dalam menentukan suatu tokoh akan diusung. Popularitas juga menentukan terhadap pembentukan koalisi antar partai. Hal itu bermula dari era orde baru (orba) karena adanya pembungkaman dalam media massa.Â
Semenjak runtuhnya orba yang ditandai dengan jatuhnya rezim, bukan saja memunculkan banyaknya partai politik, politisi dan agenda pemilihan umum, tetapi juga menjamurnya lembaga-lembaga survei. Lembaga survei bermunculan karena popularitas calon dan elektabilitasnya di tengah masyarakat menjadi penentu (determinan) untuk dia akan diusungkan serta koalisi partai.Â
Oleh karenanya, lembaga-lembaga survei mulai timbul kepermukaan, apalagi saat kontestasi politik tengah berlangsung atau saat pemilihan umum akan dimulai. Lembaga-lembaga survei khususnya yang membahas dunia politik dan dinamikanya, akam mengambil posisinya dalam dunia politik lewat hasil surveinya. Aktivitasnya dalam mengukur dan menghitung tokoh-tokoh politik, dan fungsinya terkadang bisa dikatakan sebagai bentuk mengiring opini publik.
Contohnya, kita bisa melihat dan membaca sendiri bagaimana lembaga-lembaga survei yang sering bermunculan di media-media digital, baik yang bersifat legal atau pun abal-abal selama ini sering mengeluarkan hasil risetnya kepada publik lewat yang kemudian dimuat pada media online atau televisi dengan menggiring opini.Â
Hasilnga akan menaikan popularitas dan elektabilitas tokoh atau partai politik tertentu dengan narasi-narasinya. Kita lihat saja tahun ini, sebelum partai politik mendeklarasikan kandidatnya, lembaga-lembaga survei sudah lebih dulu mengeluarkan hasil surveinya terhadap tokoh-tokoh politik, ukuran yang mereka lakukan adalah menentukan popularitas dan elektabilitas suatu tokoh di tengah masyarakat.Â
Maka kita akan melihat di berita digital atau televisi tentang lembaga survei yang mengeluarkan pernyataan hasil risetnya tentang tokoh politik yang didukung masyarakat dengan angka sekian persen, sedangkan kandidat yang lainnya dengan angka sekian persen.Â