Mohon tunggu...
Muhammad Rifki
Muhammad Rifki Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis dan penikmat

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Menantikan Kau Memaafkanku

20 Mei 2019   07:05 Diperbarui: 20 Mei 2019   07:15 28
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


; teruntuk sahabat terkasih, I. A.

/I/

Telah purna duri dari lembayung ternak kata ku

Tumbuh dewasa dan menusuk dada

/II/

Harusnya hari itu tak pernah ada sakit yang diam

Rintih yang kelam

Perempuan itu sudah berusaha 

Hatinya memang tidak seluas langit

Itu cukup menghapus lengkung senyum

Di bibirnya

Kata yang lelaki ternak

Tumbuh buas menyakiti terkasihnya

Padahal ingin sekali agar ternak itu kemudian hari

menjaganya

Lantas bukan sebaliknya

/III/

Aku tau tak mudah menerima lagi

Pecah sesudah retak kemudian remuk kembali

Memulangkan tawa

Memulangkan senyum yang bias

Memulangkan detak ramah di hari lalu

Walau hanya sebentar

Aku ingin kembali ke satu hari yang lalu

Memelihara senyummu

Agar tak hitam melukai hati itu

Aku mengerti salahku memuncak

Sulit menyakinkan kembali

Sulit menampung maaf

Lama-lama hanya merongsok

Aku mengerti, hatimu sedih

Aku bisa membaca marahmu

Bahkan aku juga tak mampu memaafkan diri sendiri

Bila esok hari kau lebih memilih diam

Menyekapku dalam rasa bersalah

Tak mengapa

Kita butuh waktu

/IV/

Yang bisa kulakukan 

Merampungkan maaf

Setulus sebisanya

Menjaga ramah senyum 

Sahabatku

Agar tak ada lagi hujan yang pecah

Sedih merambah

Atau bercak marah

/V/

Kumohon

Sesedia kusut hari ini

Semoga besok lebih baik lagi

Saat ini

Ini ada

Kita tertawa bersama lagi

20/5/2019

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun