; teruntuk sahabat terkasih, I. A.
/I/
Telah purna duri dari lembayung ternak kata ku
Tumbuh dewasa dan menusuk dada
/II/
Harusnya hari itu tak pernah ada sakit yang diam
Rintih yang kelam
Perempuan itu sudah berusahaÂ
Hatinya memang tidak seluas langit
Itu cukup menghapus lengkung senyum
Di bibirnya
Kata yang lelaki ternak
Tumbuh buas menyakiti terkasihnya
Padahal ingin sekali agar ternak itu kemudian hari
menjaganya
Lantas bukan sebaliknya
/III/
Aku tau tak mudah menerima lagi
Pecah sesudah retak kemudian remuk kembali
Memulangkan tawa
Memulangkan senyum yang bias
Memulangkan detak ramah di hari lalu
Walau hanya sebentar
Aku ingin kembali ke satu hari yang lalu
Memelihara senyummu
Agar tak hitam melukai hati itu
Aku mengerti salahku memuncak
Sulit menyakinkan kembali
Sulit menampung maaf
Lama-lama hanya merongsok
Aku mengerti, hatimu sedih
Aku bisa membaca marahmu
Bahkan aku juga tak mampu memaafkan diri sendiri
Bila esok hari kau lebih memilih diam
Menyekapku dalam rasa bersalah
Tak mengapa
Kita butuh waktu
/IV/
Yang bisa kulakukanÂ
Merampungkan maaf
Setulus sebisanya
Menjaga ramah senyumÂ
Sahabatku
Agar tak ada lagi hujan yang pecah
Sedih merambah
Atau bercak marah
/V/
Kumohon
Sesedia kusut hari ini
Semoga besok lebih baik lagi
Saat ini
Ini ada
Kita tertawa bersama lagi
20/5/2019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H