Saya kebagian me-review kumpulan esai Gus Dur di buku Tuhan Tidak Perlu Dibela. Tulisan ini bercerita tentang sarjana muda Islam yang belajar delapan tahun jauh ke negeri yang mayoritas penduduknya bukan Islam.
Tak ada satu pun media Islam yang masuk. Ia aman dan nyaman di sana. Tak melihat wajah-wajah galak menampilkan kemarahan atas agamanya.
Namun pas ia pulang ke tanah air, ia dibuat terkejut. Kenapa begitu banyak melihat praktek kemarahan berwajah Islam. Itu membuatnya cemas, ia bertanya ke pamannya yang seorang kiai tersohor terkait keresahannya itu.
Jawabnya justeru bikin ia galau. Bertanya pula ke kiai kota yang moderat, jawabnya tetap sama. Seolah membenarkan laku marah atas nama agama. Jawabannya justeru di dapatkankan dari seorang kiai pakar tasawuf.
Saya kutip di sini, Al-Hujwiri mengatakan: Bilang engkau mengaggap Allah ada hanya karena engkau yang merumuskannya, hakikatnya engkau sudah menjadi kafir. Allah tidak perlu disesali kalau "Ia menyulitkan" kita. Juga tidak perlu dibela kalau orang menyerang hakikat-Nya. Yang ditakuti berubah adalah persepsi manusia atas hakikat Allah, dengan kemungkinan kesulitan yang diakibatnya." (Tuhan Tidak Perlu Dibela, hal 67).
Di dunia santri ada yang disebut Kitab Qorrotul uyun dan Fathul Izar. Mungkin itu upaya pendidikan seksual untuk santri. Masalahnya, apa itu masif diajarkan di pondok Pandeglang.Â
Sejauh pengamatan saya dan pengakuan teman-teman, ya jarang. Mungkin karena terkait konten-nya yang lumayan imajinatif. Tapi di salah satu pesantren di Jombang justeru diajarkan terbuka untuk masyarakat, tentu Kiai-nya tahu kenapa dan untuk apa.
Di kita soal seks memang tabu. Bahkan sampai Kiki bilang tadi, apa sih pentingnya pendidikan seksual macam itu. Pastilah kita tahu yang begitu, tak usah harus ada kajian dan sejenisnya begitu. Tentu saja saya gak setuju, sebab bagaimana pun yang begini sudah ada bidang ilmunya sendiri. Lagian di dunia kedokteran ada pula pakarnya.
Justru ini bagus agar tahu ilmunya dan meminimalisir soal kekeliruan. Lebih dari itu bisa membedakan mana pelecehan, pemerkosan pun mana yang murni cinta.
Ilmu ini penting, setidaknya bagi mereka yang membutuhkan, di antaranya masuk konsen pakar parenting.Â
Apalagi kasus-kasus kiai mesum cukup buat kita gerah, misalnya di Cikande, Serang beberapa bulan ke belakang, ia merudapaksa beberapa santrinya sampai hamil. Belum LGBT dan lain sebagainya.