Tiba-tiba pecinta buku Harun pun malu unjug gigi bahkan tidak sudi lagi membaca karyanya. Karena apa, perilaku penulisnya yang sudah mencoreng karyanya. Oktar sudah memperindah karyanya menampilkan citra Islam moderat di dunia. Tentu saja ia sudah mendunia.
Mau dikatakan apa, dia pun manusia kan, bisa salah dan terjungkal pula. Penulis tema keisalaman itu pun bangkrut. Ia terkurung di penjara selama lebih sepuluh abad, ini sungguh sejarah yang fenomenal. Belum ada pengadilan modern begitu nafsu menghukumi warganya selama ini, hakimnya---menurut saya---pantas diberi rekor khusus, entah muri atau apa sebagai wujud terima kasih dunia.
Terus kenapa karyanya tak mau lagi dijadikan bahan bacaan? Hemat saya sih, ini berlebihan. Kalau mau membaca, ya membaca saja. Tidak ada dosa kok membaca buku pendosa. Kebiasaan di kita begitu, kalau aib terbuka maka ditinggalkan. Hilang semua hikmah yang selama ia sebarkan, padahal harus dibedakan mana "karya oktar" dan mana "perilaku oktar" sebagai manusia biasa. Selama ada manfaat, kenapa tidak kita ambil manfaatnya. Cuma, jangan jadikan sumber utama. (***)
Pandeglang, 12 Januari 2025Â Â 22.00
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H