Setelahnya kami muhasabah tentang kejadian tadi, kenapa terjadi dan apa alasan atau sebabnya. Setelah dipikir-pikir mungkin ini arti istilah semakin tinggi pohon maka semakin kencang angin bertiup. Begipula nasib dan keadaan manusia. Semakin tinggi karir dan kelas sosialnya maka semakin berbeda ia diuji. Untuk itu, bukan seberapa tinggi ujian itu tapi seberapa siap kita mau mempersiapkan mental menghadapinya. Sejatinya, tiap kita akan teruji sesuai kapasitasnya sebagaimana Al-Qur'an katakana begitu.
      Alangkah bahagia siapa yang tetap terjaga, seberapa pun ia dicaci dan dimaki, ia melihatnya bukan pada rupa cacian itu, tetapi pada apa hikmah di baliknya. Pasti ada makna di baliknya untuk digali, bukan sekedar melihat wajah bengis pun mulut pedas Ibu ha.Ibarat di film, demi kesempurnaan film, maka tiap tokoh punya peran masing-masing. Ada yang Cuma figuran, tokoh utama, begipula antagonis-protagonis. Semua berjalan pada scenario sama, dari penulisnya.
      Kita pun di alam dunia sejatinya begitu, Cuma kita saja gak tahu peran kita apa dan bagaimana. Kita hanya sekedar menebak, mungkin ini atau itu. Sejatinya yang paling tahu, bukan kita, tapi Gusti Allah. Allah yang Maha Tahu. Ketika merasa di posisi "orang baik" jangan terlalu tinggi hati karena kita gak tahu hakikat diri kita. Begitu pula ketika di posisi "orang belum baik" tak usah putus asa.
      Terus berbuat baik semampu yang kita bisa, bukan untuk dipuji orang tapi demi tentramnya hati dan demi ridha Allah. Karena kalua demi pujian, mau sampai kapan kita haus ujian. Toh, kita gak tahu, apa pujian itu tulus lahir di sanubari atau hanya basa-basi tanpa isi. (**)
Pandeglang, 5 Januari 2025 Â 23.17
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H