Mohon tunggu...
Mahyu Annafi
Mahyu Annafi Mohon Tunggu... Lainnya - Guru Ngaji

Hamba yang sedang belajar menulis, suka membaca dan menelaah berbagai pemikiran. Saya condong menulis ke dunia pendidikan, metal dan isu sosial. Angkatan ke 38 di Kelas Menulis Rumah Dunia (KMRD) di Serang. Sehari-hari berdagang dan menulis di blog.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Tetangga Kami yang Ngomel

5 Januari 2025   23:40 Diperbarui: 5 Januari 2025   23:40 42
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

            Setelahnya kami muhasabah tentang kejadian tadi, kenapa terjadi dan apa alasan atau sebabnya. Setelah dipikir-pikir mungkin ini arti istilah semakin tinggi pohon maka semakin kencang angin bertiup. Begipula nasib dan keadaan manusia. Semakin tinggi karir dan kelas sosialnya maka semakin berbeda ia diuji. Untuk itu, bukan seberapa tinggi ujian itu tapi seberapa siap kita mau mempersiapkan mental menghadapinya. Sejatinya, tiap kita akan teruji sesuai kapasitasnya sebagaimana Al-Qur'an katakana begitu.

            Alangkah bahagia siapa yang tetap terjaga, seberapa pun ia dicaci dan dimaki, ia melihatnya bukan pada rupa cacian itu, tetapi pada apa hikmah di baliknya. Pasti ada makna di baliknya untuk digali, bukan sekedar melihat wajah bengis pun mulut pedas Ibu ha.Ibarat di film, demi kesempurnaan film, maka tiap tokoh punya peran masing-masing. Ada yang Cuma figuran, tokoh utama, begipula antagonis-protagonis. Semua berjalan pada scenario sama, dari penulisnya.

            Kita pun di alam dunia sejatinya begitu, Cuma kita saja gak tahu peran kita apa dan bagaimana. Kita hanya sekedar menebak, mungkin ini atau itu. Sejatinya yang paling tahu, bukan kita, tapi Gusti Allah. Allah yang Maha Tahu. Ketika merasa di posisi "orang baik" jangan terlalu tinggi hati karena kita gak tahu hakikat diri kita. Begitu pula ketika di posisi "orang belum baik" tak usah putus asa.

            Terus berbuat baik semampu yang kita bisa, bukan untuk dipuji orang tapi demi tentramnya hati dan demi ridha Allah. Karena kalua demi pujian, mau sampai kapan kita haus ujian. Toh, kita gak tahu, apa pujian itu tulus lahir di sanubari atau hanya basa-basi tanpa isi. (**)

Pandeglang, 5 Januari 2025   23.17

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun