Novel ini ditulis Pidi Baik, orang Bandung. Seri ke empat dari dari novel Dilan. Seri 1-2 versi Milea, seri 3 versi Dilan, dan seri ke empat versi Ancika, kekasih kemudian menjadi kekasih halal-nya Dilan. Gak tahu, mungkin nanti ada seri versi bunda Dilan, anak Dilan, motor Dilan dan lainnya. Semua serba mungkin, selama... penulisnya mau.
Aku gak bakan menulis profil penulisnya di sini, karena yakin kamu sudah pada tahu. Minimal pernah menonton film-nya. Minimal pernah tahu Dilan-nya. Syukurnya, pernah membaca ketiga penulisnya. Kalau aku, bukan sombong, sudah membaca semuanya. Tapi maaf, tak mungkin aku cerita di sini.
Kenapa aku mau meresensi? Karena aku lagi mau. Perlu kamu tahu, novel ini terbit di 2021. Tepatnya bulan agustus. Diterbitkan Pastel Books. Tebalnya 340 halaman. Dan tak perlu kamu tahu, buku ini dapat aku pinjam sesama rekan di komunitas Indonesia Book Party. Supaya lebih jelas, silahkan scrool apa itu IBP di akun aku, di sini aku mau mulai merangkum dulu ceritanya.
Sekilas Isi Cerita
Judulnya sudah jelas, novel ini menceritakan Ancika. Cuma siapa Ancika itu soalnya. Soalnya kenapa sama Dilan. Ke mana Milea kok ada versi Ancika-nya. Tentu ini di antara tanya yang mungkin kamu tanyakan walau pun kamu tahu, Ancika itu pasti orang spesial Dilan karena Pidi Baiq tuliskan bersama Dilan. Singkatnya, ini kisah Ancika dengan Dilan.
Setelah putus dengan Lia, Dilan tentu merasa kehilangan. Apalagi setelah itu, Lia harus ke Jakarta pindah domisili, maka cerita cinta romantis Dilan pupus. Â Lia ke Jakarta kuliah, kerja dan kemudian menikah dengan Kang Ardi. Lebih lengkapnya bisa dilihat Dilan seri 1-2. Monggo!
Dilan tentu saja tidak patah arang, karena ia bukan arang. Ia melanjutkan ke ITB dan diterima. Bagaimana prosesnya, aku gak tahu. Dilan belum ketemu aku jadi maaf, belum bisa aku ceritakan. Padahal katanya Dilan nakal, padahal anak geng motor, padahal jarang mandi. Pada akhirnya, ia diterima.
Saat ia kuliah di ITB inilah berteman dengan Anwar. Sering pula bermain ke rumahnya. Akrab pula dengan orangtuanya, terutama Abahnya. Anwar inilah paman Ancika karena sedarah, ia tinggal serumah dengan keluarga Ancika.
Pertemuan perdana terjadi di rumah Abah-nya Anwar. Dilan sedang bermain bersama Anwar sedangkan Cika pun berkiunjung karena ingin menyerahkan kado ulang tahun buat kakeknya itu. Di sinilah awal mereka bersinggungan. Kesan Cika, nih anak songong.
Bagaimana tidak songong, semua teman-teman Cika di tanya, siapa namanya. Hanya Cika yang tidak ditanya, tentu ini dan membuat sejuta tanya dibenaknya. Ini laki-laki ada apa sih, begitulah kesannya pada Dilan.
Lambat tapi cepat hubungan mereka makin dekat karena didekatkan Anwar, ia tinggal di rumah Cika. Dilan rajin apel ke sana. Ternyata pula, bunda-nya Dilan teman Mama Cika. Jadi begitulah takdir mempertemukan keduanya dalam cinta remaja. Dilan kuliah dan Cika anak sekolah di akhir masa menjelang kelulusan.