Mohon tunggu...
Mahyu Annafi
Mahyu Annafi Mohon Tunggu... Lainnya - Guru Ngaji

Hamba yang sedang belajar menulis, suka membaca dan menelaah berbagai pemikiran. Saya condong menulis ke dunia pendidikan, metal dan isu sosial. Angkatan ke 38 di Kelas Menulis Rumah Dunia (KMRD) di Serang. Sehari-hari berdagang dan menulis di blog.

Selanjutnya

Tutup

Hobby

Ini Catatan IBP ke 6 di Alun-alun Pandeglang

14 Juli 2024   00:00 Diperbarui: 14 Juli 2024   00:20 34
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Alun-alun Pandeglang sore tadi tampak manis nan ramai. Saya menyaksikan ada yang sedang lari-lari santai, ada yang tebar pesona, ada yang menjajakan dagangan, ada pula yang asyik-masyuk bersama anak-isterinya. Langit Pandeglang nampak cerah, semua orang sibuk dengan aktivitasnya.

Di antara banyak orang itu, kami yang hanya beberapa butir jiwa di antara ratusan manusia mencoba mereka mimpi, mengeja kata, dan mengkalkulasikan pesan-pesan di buku yang sedang kami baca.

Sore tadi, IBP hidup lagi. Yang agak beda karena ada dua anggota baru. Kang Yosef sama siapa ya satu lagi, lupa. Aktivitasnya seperti kemarin, baca buku > mencerna apa yang dibaca > menyampaikan dan mendiskusikan.

Input sumber dokpri 
Input sumber dokpri 

Fokus saya sore tadi justeru, betapa ada yang salah terkait pemahaman saya soal  alun-alun dan keramaiannya. Alun-alun  adalah arena publik, tiap orang punya kepentingan di sana. Selama ini saya berpikir di sana hanya dapat saya temui  "dosa dan dosa" dan itu tidak produktif bagi iman saya.

Seperti kita tahu, busana-busana wanita  mencolok mata, mudah sekali temui. Tadi sore pun begitu, bahkan tepat di depan mata saya, saat saya menginjakan kaki di sana. Lantas bagaimana respon saya? Biasa saja. Meski saya tahu, nun jauh di sana para mata Om gojek agak jelalatan melihat. Di mata mereka, mungkin sedap sekali macam kuah bakso pakai sambal. Panasnya, hu-hah!

Ada persfektif baru yang saya pahami, benar kata Habib Ja'far, Tuhan Ada di Hatimu. Ketika kita melakukan dosa, jangan melimpahkan sebab pada orang lain. Kita beriman berdaulat kok, mutlak kok dan merdeka. Seberapa banyak apa pun pintu maksiat terbuka, itu akan sia-sia ketika imanmu selalu kamu charge dengan baik. Kalau tidak, itu murni salahmu tak mampu mengelola jiwamu.

Melihat potret alun-alun tadi, saya melihat keragaman seperti melihat Indonesia kecil di Pandeglang. Semua orang nyaman dan sibuk dengan dunianya. Tak usil dan tak mau saling menganggu. Ah, saya saja yang berlebihan ya, selama ini lebih asyik mengurung di jeruji kesunyiaan. Aslinya, di mana-mana alun-alun pasti ramai.

Menurut penulis buku sejarah wali songo, alun-alun gagasannya itu dari  warisan para wali sembilan itu. Ketika mendirikan Kerajaan Demak, tiga hal yang tak akan lepas: Masjid, pusat pemerintahan dan alun-alun. Tak jauh dari itu Pasar sebagai penunjang ekonomi warganya.

Sampai saat ini praktek itu masih ada. Itulah warisan dari gagasan dari tata kota ulama nusantara. Benar atau tidaknya teori itu, silahkan teman-teman cek kebenarannya. Akan lebih baik baca bukunya ya, dari berbagai penulis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun