Semua tak ada soal selama tahu batas dan kodtartnya. Jangan sampai meniru di luar negeri, kaum feminis menggunggat wanita punya hak menjadi imam salat dan ritual dalam agama. Padahal itu bukan wewenangnya.
Saya sendiri membaca buku Bumi Manusia. Buku yang sudah tidak aneh di kalangan aktivis pergerakan. Namun di kesempatan tadi saya menyampaikan poin singkat, yakni kebebasan.
Buku Bumi Manusia mengajak kita menyelami sejarah bangkitnya bangsa kita. Bagaimana dulu kebebesan adalah harga mahal. Bebas itu tidak terkekang. Kita melakukan apa yang kita inginkan tanpa harus terkena teror.
Membaca Bumi manusia seperti melihat sejarah Indonesia untuk lepas dari kolonial itu tak mudah. Pers jadi awal edukasi pada penduduk. iItu pun tak mudah karena angka but harap sangat tinggi. Pribumi yang sekolah pun bisa dihitung jari, karena hanya golongan ningrat yang mampu.
Saya sampaikan pula, kita sepatutya anak bangsa bangga dengan Pram karena sampai saat ini baru beliau satu penulis nasional yang masuk nominasi nobel sastra dunia. Beberapa kali namanya muncul meskipun takdir berkata lain. Sejarah telah mencatat, namanya selangkah lagi mendapat nobel bergengsi.
Wajar sih kalau sampai beliau mendapat nobel karena bukunya sendiri sudah diterjemahkan lebih dari 80 bahasa dunia. Apa itu tidak luar biasa? Dari ribuan karya mampu bersaing dan mengalahkan hingga masuk nominasi.
Selain dua buku di atas, sempat pula dibahas buku Habib Husen bin Ja'far, Tuhan Ada di Hatimu. Buku ini mengajak kita menjadi hamba yang hakiki. Beragama tapi mampu memahami keberagaman. Beragama tadi meneduhkan. Mempilakan ketenangan bukan ketakutan akhirnya orang takut pada Islam itu sendiri.
Tentu saja memahami "Tuhan ada di Hatimu" harus dilandasi dasar agama yang baik agar tidak kebablsan. Kalau kita kaji gagasan Habib Ja'far ini tak jauh dengan Gus Dur, semangat menghormati perbedaan dan memahami keberagaman. Bedanya, Habib lebih ke milenial yang sudah akrkab dengan media.
Penutup
Gerakan tadi sore memang kecil dan sederhana. Gerakan kami anak muda Pandeglang membangun kembali semangat literasi. Akrab dengan buku. Mau menggali isinya, memahaminya dan sama-sama mendiskusikan. Tak apa, ini upaya kami untuk ikut menumbukan budaya melek literasi.