Mohon tunggu...
Mahyu Annafi
Mahyu Annafi Mohon Tunggu... Lainnya - Guru Ngaji

Hamba yang sedang belajar menulis, suka membaca dan menelaah berbagai pemikiran. Saya condong menulis ke dunia pendidikan, metal dan isu sosial. Angkatan ke 38 di Kelas Menulis Rumah Dunia (KMRD) di Serang. Sehari-hari berdagang dan menulis di blog.

Selanjutnya

Tutup

Hobby

Penulis Pemula Itu Seperti Kupu-Kupu

3 Juni 2024   12:01 Diperbarui: 3 Juni 2024   12:48 108
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Menulis Itu Proses Seperti Kupu-kupu. (Pixabay/Heungsoon)

Sebagai orang yang baru aktif di Kompasiana, ada keinginan ingin cepat dikenal. Caranya, terus menulis sebanyak yang aku bisa. Mengikuti trend dan lain-lain. Terlebih bangaimana caranya agar banyak dikujungi. Siang-malam dilakukan.

Apa itu berhasil? 

Belum bos, susah juga ternyata. Ada fase dan proses yang harus dilakukan. Pikir saja, aku kan baru gabung dan tiba-tiba ingin muncul di puncak klasemen, kalau gak sehat pasti ya pokoknya gitu. Dan aku rasa, kamu dan sekalian pembaca pernah mengalaminya. Atau tengah mengalaminya. Hem, iya kah?

Semua Butuh Proses

Seperti kupu-kupu yang indah dan merona, di balik itu ada proses di mana ia harus menjadi kepompong. Sebelumnya ia hanya ulat yang penuh bulu nan mencolok.

10 dari 7 orang pasti membencinya. Selain bikin gatal juga agak menakutkan. Lantas, jadilah ia menjadi kepompong, bertapa di sana untuk waktu yang tepat. Apa itu cukup?

Tidak. Ia pun harus menikmati proses di sana untuk menumbuhkan sayang juga merontokkan kulit juga bulu-bulu tajam. Berganti seragam yang lebih berani nan mecolok tapi estetik. 

Apa itu cukup?

Ia harus menunggu dan menunggu sampai waktunya ia nanti keluar dari tabung lembut nan mengantung itu. Barulah ia akan keluar dan terbang ke angkasa raya. Melihat bumi dengan warna dan pesonanya.

Kalau lapar ia akan mencari bunga-bunga yang indah, singgah di kelopaknya dan meminum madunya. Ia akan singggah di sana karena kini sudah punya "warna" bukan lagi "ulat" yang tadinya ditakuti.

Bukan Ulat

Kita yang kini masih berjuang dalam menulis mungkin seperti ulat. Ulat yang harus berjuang dan terus berproses. Di satu kita percaya diri dengan kualitas karya kita tapi di saat yang lain kita sunggu terluka, kok aku gak jadi apa-apa padahal aku suka menulis, aku suka baca dan suka aktivitsa literasi.

Mengirim ke media, satu per satu beruntun ditolak. Ada karena dengan alasan yang halus, ada pula penolakan yang agak kasar. Yaps, maaf, tulisan anda belul layak dimuat!

Kata orang menulis membuat sukses. Kata orang, membaca membuka jendela dunia, dan kenyataanya sekarang kita belum jadi apa-apa. Kita yang dulu masih seperti yang dulu, belum punya nilai dari kita. Ditolak lagi, dan lagi.

Tiba-tba, kita ingin menyerah. Kita pun berpikir mungkin dunia kepenulisan bukan jalanku. Jalanku lain. Kita merasa terluka oleh hobi kita. Kita ingin dikenal tapi itu tidak mudah. Ada fase dan proses. Kita berada di fase ulat sekarang.

Menjadi kepompong

Jangan dulu menyerah. Di kondisi ini bisa jadi Tuhan ingin kita mengencangkan sabuk. Tuhan ingin kita tak cemen dengan kenyataan. Tuhan kita ingin terus berusaha sampai di mana nanti kita sukses atau mendapat piala lain dari olah tangan kita.

Di fase ini pena kita kita teruji. Kita harus meredam pikiran negatif, menenangkan diri. Tidak berpikir "sukses" terus menerus. Berhenti membandingkan dengan yang lain, mereka yang lebih dulu sukses dari kita.

Kita harus "bertapa dengan karya kita", bisa jadi selama ini karya kita kurang diminati karena kurang gurih, kurang lezat dan kurang nyerah. Kita harus mencari ke kedalaman lauatan hidup dan mengobak-abik makna di dalamnya.

Nanti kita menemukan mutiara di dalamnya. Di fase ini kita tersadarkan semua butuh proses. Kita terus menulis dan berlatih. Tunggu beberapa saat, karya kita akan dikenal dan nama kita akan di lembaran sejarah!

Saatnya Menjdi Kupu-Kupu

Saat semua proses telah kita lakukan semua, sejatinya kita telah menjadi kupu-kupu. Punya warna dan pesona. Tak peduli dikenal atau tidak, intinya kita sukses. 

Sederhananya sukses itu, saat kita sudah menikmati energi positif di tubuh kita, bersyukur dengan apa yang dimilki dan tidak membenci diri kita. 

Menulis saja dan jangan menyerah. Belajar terus, membaca terus ada saat nanti kita menuai. Seperti yang dikatakan penulis Bumi Manusia, "Menulis itu proses kerja menuju kebadian." Artinya apa, mari terus berusaha agar esok secercah cahaya menyambut kita. Wallahu'alam. (***)

Pandeglang, 3 Juni 2024  12.40

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun