"Begini," Zuhri melanjutkan, "Bakat yang diturunkan lewat gen itu kekuatannya sangat kecil. Jangankan berujung kesuksesan, ada yang malah dianggap kelainan."
"Lah, malah makin ngawur kamu. Anugerah kok dianggap kelainan."
"Ada... hmm," mata Zuhri memandang agak ke atas mencoba merangkai ingatan dan kata-kata.
"Misalnya gini, kalau ada orang yang secara keturunan memiliki kaki 2-3 cm lebih panjang dari umumnya. Kira-kira itu kelainan atau bakat?"
"Itu mah ngga normal. Badannya jadi ngga simetris," jawab Zaenal penuh keyakinan.
"Licin banget mulutmu, Zen," cibir Zuhri.
Zuhri kembali menjelaskan, "Coba bayangin, orang yang kamu anggap gak normal itu dilatih lari. Dengan modal kaki yang lebih panjang, langkahnya akan lebih lebar daripada manusia normal. Dia bisa menang mudah asal punya power dan teknik yang benar."
Zaenal manggut-manggut mendengar penjelasan Zuhri. Namun, dia masih belum puas.
"Ok. Kamu mungkin bener soal kaki. Tapi, bukannya itu berarti kemampuan otak juga bisa diturunkan?"
"Kamu tuh, gak nyimak penjelasanku. Aku tadi bilang ada orang dengan garis keturunan kaki panjang bukan keturunan lari kenceng. Soal dia bisa menang lomba lari itu bukan turunan orang tua."
Muka Zaenal tampak agak malu kurang mencermati cerita Zuhri.