Ku duduk di bangku kecil depan rumah sesampainya dari mengantar anak dan istri dari terminal bus Prima Jasa, seakan terasa sepi tanpa kehadiran mereka. Wajahku berkaca-kaca, ku pandangi foto mereka di ponselku. Tiba-tiba video call masuk dari istri. " Kok belum masuk rumah?" Tanya istriku, Aku tersenyum dan segera berdiri ke arah pintu kemudian ku matikan ponselku.
Aku menuju kamar mandi dan berwudu, ku tunaikan salat Dhuha.
Beberapa saat kemudian Aku membereskan rumah yang sedari tadi agak berantakan. Jangan lupa buang sampah yang di dapur, istriku mengingatkanku. Setelah rumah rapi dan bersih, ku rebahkan badan di kasur. Rasa penat dan kantuk terasa, sejak makan sahur tadi tak tidur lagi. Sehabis subuh Aku antar anak-anak dan istriku pulang ke kampung halaman di terminal bus Prima Jasa. Aku pun tertidur.
Ku terbangun ketika suara ponselku berbunyi, ada video call dari istriku. "Ayah... dede sudah di limbangan" teriak anakku. "Ayah, Alhamdulillah lancar perjalanannya" sahut istriku, " Kamu baru bangun tidur ya?" tanya istriku.
Aku mengangguk perlahan, tak terasa mataku kembali berkaca-kaca. Ku coba tersenyum di hadapan mereka, ku tutupi kepedihanku.
...........................................
Sebulan sebelum Ramadhan tahun ini telah ku beritahu ke semua adik-adikku mengenai rencana pulang kampung. Hampir semua adik-adikku menyarankan agar tidak pulang terlebih dahulu karena kondisi tidak memungkinkan. Mengingat Ayahku masih belum pulih sakitnya.
Malam saat ku menginap berjaga di rumah Ayahku, Ia melarangku untuk pulang ke kampung. Aku berusaha berargumen padanya. Sepertinya Ayahku tetap kekeh dengan pendapatnya. Aku kecewa, ku keluar dari kamarnya. Ku tinggalkan ia tidur bersama anakku, malam itu memang Ku sengaja mengajak anak pertamaku untuk ikut menjaga Ayahku.
Ku tidur di sopa ruang tamu, pikiranku galau. Aku kecewa berat atas sikap Ayahku. Sejak kejadian malam itu, Aku seakan tak peduli dengan kondisinya.
"Bang, bisa ke rumah Ayah gak? Dari tadi menggigil nih" bunyi pesan dari adikku, Tak ku balas. Suara teleponnya pun tak ku angkat. Bunyi pesan dari adikku yang satunya lagi, ia memberitahu bahwa Ayah kondisinya kritis harus segera di bawa ke Rumah Sakit. Kembali ku tak menjawab. Rasa kecewaku yang membuat diri ini tak peduli lagi dengan kondisi Ayahku.
"Maaf, Abang gak bisa bantu. Kondisi lagi gak enak badan, selepas tadi pagi ikut bazaar di Cikeas." Jawabku saat ditelepon kembali oleh adikku.
Ayahku di rawat di Rumah Sakit, adikku dan adik iparku yang membawanya dengan mobil ambulan Masjid. Mereka bergantian menjaga di sana, memintaku juga untuk ikut menjaga secara bergantian namun ku menolak dengan halus. Hampir seminggu Ayahku di rawat, tak ada waktu Aku untuk menjaga Ayah di sana. Hanya di hari ke tiga, Aku dibujuk istri untuk menjenguk Ayah di Rumah Sakit. Dengan berat hati ku pergi menjenguk.
Rasa kecewa ku sikapi dengan Ketidakpedulian, tak mau tahu kondisi juga tak ada rasa empati sedikit pun. Parahnya diriku saat itu. Bahkan ketika adikku meminta menemani Ayah untuk kontrol pun Aku tolak. Adik-adikku seakan memusuhi atas sikapku, menganggap Aku keras kepala, hatinya tertutup dan lain sebagainya. Aku tak peduli apa kata mereka. Aku sudah jelaskan lewat pesan di Group keluarga, apa yang menjadi konsekuensi terhadap kejadian ini. Ada sebab pasti ada akibat, pikirku saat itu.
Kembali mataku berkaca-kaca mengingat wajah anakku yang pergi pulang ke kampung halaman tanpa Ayahnya. Rencana yang telah ku buat sebulan sebelum Ramadhan secara matang harus berakhir dengan derai air mata dan kecewa. Cerita ini tak akan bisa hilang dari ingatanku. Dalam hati diri ku berjanji, tak akan melakukan ini pada anak-anakku kelak saat mereka telah berumah tangga. Aku harus bijak tidak egois, tidak mementingkan diriku sendiri sehingga harus mengorbankan kebahagiaan anak-anakku.
Depok, 18 April 2023
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI