Ayahku di rawat di Rumah Sakit, adikku dan adik iparku yang membawanya dengan mobil ambulan Masjid. Mereka bergantian menjaga di sana, memintaku juga untuk ikut menjaga secara bergantian namun ku menolak dengan halus. Hampir seminggu Ayahku di rawat, tak ada waktu Aku untuk menjaga Ayah di sana. Hanya di hari ke tiga, Aku dibujuk istri untuk menjenguk Ayah di Rumah Sakit. Dengan berat hati ku pergi menjenguk.
Rasa kecewa ku sikapi dengan Ketidakpedulian, tak mau tahu kondisi juga tak ada rasa empati sedikit pun. Parahnya diriku saat itu. Bahkan ketika adikku meminta menemani Ayah untuk kontrol pun Aku tolak. Adik-adikku seakan memusuhi atas sikapku, menganggap Aku keras kepala, hatinya tertutup dan lain sebagainya. Aku tak peduli apa kata mereka. Aku sudah jelaskan lewat pesan di Group keluarga, apa yang menjadi konsekuensi terhadap kejadian ini. Ada sebab pasti ada akibat, pikirku saat itu.
Kembali mataku berkaca-kaca mengingat wajah anakku yang pergi pulang ke kampung halaman tanpa Ayahnya. Rencana yang telah ku buat sebulan sebelum Ramadhan secara matang harus berakhir dengan derai air mata dan kecewa. Cerita ini tak akan bisa hilang dari ingatanku. Dalam hati diri ku berjanji, tak akan melakukan ini pada anak-anakku kelak saat mereka telah berumah tangga. Aku harus bijak tidak egois, tidak mementingkan diriku sendiri sehingga harus mengorbankan kebahagiaan anak-anakku.
Depok, 18 April 2023
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H