Mohon tunggu...
Mahmudin Bm
Mahmudin Bm Mohon Tunggu... Freelancer - Ayah dari dua anak

Menulis, membaca, olahraga, MC dan mendongeng

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Waktu yang Memisahkan

26 November 2022   17:03 Diperbarui: 26 November 2022   17:10 115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Diujung gang yang sempit, tampak anak-anak Remaja lagi kumpul nongkrong sambil main gitar. Ada lima anak , mereka biasa bila malam minggu pada nongkrong hingga larut malam bahkan begadang sampai pagi.

"Di malam yang dingin dan gelap sepi, benakku melayang pada kisah kita...." suara Satria anak yang berjaket hitam bernyanyi. Vokalnya nyaring seperti petasan, tak kalah suaranya sama penyanyi papan atas. Sementara Faiz yang memakai sweater abu-abu memainkan gitarnya dengan lihai, sepertinya sudah familiar dengan lagunya.

Tangan Bimo asyik memainkan galon kosong, suara harmonika yang keluar dari mulut Irang melengking dan backing vokal Boni mengikuti suara Satria.

Baca juga: Ceriwisnya Syifa

Keakraban mereka sudah di mulai sejak di SMP, kini masing-masing sekolah setingkat SMA. Meski beda sekolah, mereka lebih asyik kumpul bareng. Kadang di hari libur berlima jalan ke puncak dengan mengendarai motor berboncengan. Sepertinya tak mau pisah mereka berlima.

"Bimo, jadi gak nih kita ke puncak?" Tanya Irang di sela-sela mereka kumpul

" Jadi dong, masa iya enggak jadi" jawab Bimo

"Gue udah siapin jauh-jauh hari, awas aja kalo gak jadi berangkat" cetus Satria sedikit mengancam.

" Oh iya, naik apa nih ke sana?" Tanya Boni

"Udah kita boncengan aja...naik motor" sahut Bimo sekenanya

" Pada setuju kaga nih?? Jangan diem-diem bae... udah pada ngopi belum??" Tanya Irang

" belooommm...." jawab semua pada kompak

" Nah gitu kompak, nih  gue traktir..." ujar Irang seraya memberikan uang lima puluhan.

" Beliin gorengan jangan lupa" 

Akhirnya mereka  ngopi bersama-sama, di pos satpam yang sudah lama tak terpakai.

Tak terasa detik demi detik, menit berubah jam dan kini waktu terus bergulir begitu cepat. Mereka tak lagi bersama, ada jarak yang mesti dilalui. Faiz kuliah di Bandung, Bimo melanjutkan usaha Ayahnya di  Surabaya sedangkan Boni menjadi dosen di kampus Udayana Bali. Satria di Kalimantan punya bisnis pertambangan lalu Irang menjadi penyiar radio di Jakarta.

Mereka sudah dewasa, cita-cita yang mengharuskan mereka berpisah tak lagi bersama.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun