Mohon tunggu...
Mahmudin Bm
Mahmudin Bm Mohon Tunggu... Freelancer - Ayah dari dua anak

Menulis, membaca, olahraga, MC dan mendongeng

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Inspirasi Bapak tua

6 November 2022   08:00 Diperbarui: 6 November 2022   08:08 165
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Pukul 07.30 ku sudah berangkat ke salah satu Bank di Cimanggis, setelah mengantar anak sulungku sekolah. Pergi pagi untuk menghindari antre yang panjang di Bank, sebab banyak agenda hari itu.

Setelah motorku putar balik ku masukkan motor ke area parkir di gedung Bank. Tampak lelaki tua menyambut sambil mengarahkan kendaraanku.

"Belum buka ya Pak?" Tanyaku basa basi

" Belum, nanti sebentar lagi" jawabnya singkat

Lelaki tua bertopi dan berperawakan kecil menggunakan rompi dinas parkir duduk di salah satu motor yang terparkir.

"Pak, jalan pintu masuk sudah di perbaiki ya? Alhamdulillah jadi mudah masuknya" ujarku sambil melepas helmku.

Baca juga: Pejuang Garis Dua

" iya, sudah"

"Bapak sudah sarapan?"

" Sudah tadi, makan nasi uduk"

"Oh, syukurlah. Nasi uduk yang dimana Pak?"

" Dekat rumah"

" Saya juga bawa Nasi uduk nih, tapi nasi uduk khas betawi"

"Wah mantap tuh, pakai semur jengkol ya?"

"Iya, kok tau Pak?"

"Ya tau lah, kan Babeh orang betawi"

"Oh gitu"

Sambil membuka bungkusan nasi uduk ku tawarkan kembali pada bapak tua tersebut.

"Ini saya beli di sebelah rumah saya Pak, Nasi uduk BMW" Ku jelaskan tanpa menunggu di tanya.

"BMW? Kayak merk mobil, apaan tuh singkatannya?"

"BMW itu singkatan dari Bang Mahmudin Wow"

"Oh, nama orang ya?"

"Iya, Owner nya Pak"

" Ngomong- ngomong bapak tinggal dimana?" tanyaku sambil mengunyah nasi uduk yang ku makan.

" Di Cisalak Pasar, di RW 05"

" Oh, yang RW-nya bernama Pak Syamsuri bukan?" tanyaku sok tahu

"Bukan, namanya Uwi"

"Oh, iya Pak... nama sebenarnya Syamsuri Cuma banyak yang panggil Uwi" jelasku.

Ternyata benar, aku mengenal RW nya. Sekalipun Aku tinggal di RW yang berbeda, namun kenal dengan sebagian RW di daerah tersebut.

"Bapak tinggal sama siapa di rumah?"

" Bareng istri, itu rumah mertua saya. Saya mah aslinya orang Tanah Abang"

" Oh, gitu Pak. Terus anak Bapak ada berapa?"

" Satu, udah gede. Udah nikah"

"Tinggal bareng Bapak juga?"

"Gak, misah dia mah. Mau mandiri katanya"

"Bagus Pak, biar mandiri"

Selesai sudah sarapan yang ku makan, ku teguk air di botol minuman yang ku bawa dari rumah.

Pukul 08.00 terlihat security membuka pintu Bank. Bapak tadi menunjuk ke arah pintu Bank, Aku mengerti. Bergegas kulangkahkan kaki ke pintu masuk Bank tersebut.

Security menyambut dengan ramah dan sopan. Ku jelaskan maksud kedatanganku ke Bank tersebut.

Setelah selesai urusanku ke Bank, ku hampiri Bapak tua tadi.

"Pak, ini ada rezeki buat Bapak. Cuma sedikit" ucapku sambil menyodorkan uang dua puluhan ribu.

"Terima kasih Nak"

Ku tinggalkan parkir Bank itu bergegas ke rumah. Orang setua itu masih terus menjemput rezeki, harusnya yang muda tak mau kalah, pikirku. Mengingatkan diri agar lebih giat bekerja dan berusaha, karena masih muda. Waktu, kesempatan dan tenaga masih kuat. Harus lebih semangat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun