Bagaimana dengan usaha kulinernya? Ternyata Ayah tetap melanjutkan usahanya. Dalam operasional Ayah di bantu tanteku untuk mengolahnya.
"Ayah ke mana Mah?" tanyaku suatu pagi saat ku bangun tidur.
" Ayahmu jualan Nak, di tempat Kakekmu" jawab Mamah singkat.
Entah kenapa, Aku merasa kehilangan sosok Ayah. Kesibukannya yang membuat Aku kangen bercanda dengan Ayah. Selepas Subuh sudah mulai berjualan, siangnya menjaga toko. Pulang sudah larut malam.Â
Aku Cuma berdoa semoga Ayah selalu sehat dengan bekerja di dua tempat, usaha dan jaga toko. Selepas salat tak lupa ku berdoa untuk keluarga agar diberi kebaikan didunia dan Akhirat.
..................................
Minggu malam, tepat pukul 21.15 Ayahku pulang. Ku mendengar suara motor Ayah di gerbang depan, ku intip dari tirai jendela ruang tamu. Di motornya ku lihat tergantung bungkusan, entah bungkusan apa.
Segera ku buka pintu rumah, ku sambut Ayahku tersayang dengan mencium tangannya dengan takzim. Ayah menyodorkan bungkusan yang ia bawa ke tanganku, Ayah berkata: " Ini bonus dari Ayah, buat anak yang cantik dan Solehah"
"Alhamdulillah... terima kasih Ayah"
Malam itu kami makan martabak manis yang di bawa Ayah bersama-sama di ruang tamu. Gelak tawa gembira mengiringi kami saat itu.
Wajahku bahagia melihat Ayah dan Mama kembali tersenyum. Aku sangat bersyukur atas karunia-Mu Ya Rabb...