" Ayah...abang malu" ujar Syamil
" Malu kenapa bang??" Tanya Ayahnya
" Abang kan laki-laki yah..." jawab Syamil
" iya, emang kamu laki-laki. Lalu kenapa malu?" Tanya Ayahnya kembali
Perlahan Syamil menceritakan maksud ucapannya, dengan wajah sedikit serius sesekali ia bertanya di sela-sela ceritanya. Ayahnya menjawab dengan singkat dan bijak.
Usia Syamil yang tidak lagi anak-anak mulai berpikir kritis, pertanyaan demi pertanyaan ia lontarkan ke Ayahnya. Pelan namun pasti Ayah Syamil mulai memahami jalan pikiran anak pertamanya.
Sore itu di ajaknya Syamil ke sebuah taman yang tak jauh dari rumahnya, taman yang cukup luas dengan aneka tanaman bunga dan pepohonan. Di bawah pohon ada tempat duduk yang nyaman untuk berbincang-bincang, Syamil dan Ayahnya menuju tempat tersebut. Syamil menunjuk salah satu pedagang yang ada di sisi taman tersebut, rupanya ia meminta di belikan jajanan.
" Syamil pesan dua porsi ya, ini uangnya. Oh iya sekalian beli minumannya " Ujar Ayahnya sambil memberi uang dua puluh ribuan.
Bergegas Syamil menuju penjual siomay, sementara Ayahnya duduk di taman sambil mengeluarkan hand phone di saku celananya.
Taman sore itu cukup ramai oleh pengunjung, anak-anak, remaja juga orang tua. Seperti biasa mereka bermain sambil jalan-jalan sore. Tak jarang mereka juga menikmati kuliner jajanan yang di jual pedagang di area taman tersebut. Aneka macam jajanan yang dijajakan dari makanan ringan sampai yang mengenyangkan, dari minuman dingin sampai yang panas, semua tersedia di area sisi taman.
Tak lama Syamil membawa dua porsi siomay dan air mineral. Mereka menikmati sambil berbincang-bincang ringan.