Mohon tunggu...
Sakibm
Sakibm Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pegiat Demokrasi

Mari mulai cita-cita generasi emas 2045 dengan membuka pandangan dan memerdekakan diri dari genggaman tirani

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Menyoal Kesiapan KPU Bangkalan Jelang Pilkada 2024: Telaah Pengawalan Hak Pilih dan Metode Sosialisasi DPT pada Masyarakat Desa dengan SDM Rendah

4 Oktober 2024   23:16 Diperbarui: 4 Oktober 2024   23:33 141
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Pilkada serentak 2024 menjadi momen penting dalam perhelatan demokrasi di Indonesia, termasuk di Kabupaten Bangkalan, Madura. Sebagai lembaga penyelenggara pemilu, KPU (Komisi Pemilihan Umum) Bangkalan memiliki tanggung jawab besar dalam memastikan pelaksanaan pilkada berjalan lancar, adil, dan sesuai dengan asas pemilu yang jujur serta transparan.

Salah satu isu yang sering muncul menjelang pemilu di wilayah-wilayah dengan karakteristik sosial-ekonomi tertentu, termasuk di Bangkalan, adalah pengawalan hak pilih masyarakat desa yang memiliki Sumber Daya Manusia (SDM) rendah. Masyarakat dengan tingkat pendidikan yang terbatas dan kurangnya akses terhadap informasi rawan mengalami penyalahgunaan hak pilihnya.

Salah satu tantangan terbesar dalam memastikan kualitas demokrasi adalah pengawalan terhadap hak pilih. Dalam konteks Bangkalan, pengawasan terhadap daftar pemilih tetap (DPT) menjadi krusial. Di beberapa desa yang tingkat literasi masyarakatnya rendah, potensi manipulasi hak pilih, seperti adanya pemilih fiktif, penggelembungan suara, atau penyalahgunaan hak suara oleh pihak tertentu, kerap kali menjadi sorotan.

KPU Bangkalan harus menunjukkan keseriusannya dalam mengawasi proses penyusunan dan verifikasi DPT, mulai dari masa coklit, masa DPHP sampai DPSHP adalah fase urgent yang memang perlu di telaah betul-betul oleh KPU, sehingga penyelenggara di lapangan benar-benar bertugas, misalnya pada masa coklit semua pantarlih benar-benar mencoklit dan menempelkan stiker di semua rumah, DPT sudah di tempelkan ditempat umum, misalnya di rumah-rumah carek atau tempat-tempat umum lainnya,Sebab penulis menemukan salah satu unggahan dari oknum yang diduga penyelenggara menempelkan hasil penetapan DPT di dalam Mushollah/langgar, nah, hal semacam ini kemudian menjadi indikasi bahwa kegiatan-kegiatan prapilkada hanya formalitas laporan semata.

Pengawalan ini tidak hanya sebatas memastikan seluruh masyarakat yang memiliki hak pilih tercatat, tetapi juga memastikan bahwa hak pilih tersebut tidak disalahgunakan oleh pihak yang tidak bertanggung jawab. Pengecekan terhadap DPT harus dilakukan secara teliti, dengan melibatkan pengawas pemilu dan partisipasi aktif masyarakat. 

Penggunaan teknologi, seperti Sistem Informasi Data Pemilih (Sidalih), diharapkan mampu membantu transparansi dan akurasi DPT. Namun, tantangan terbesar adalah memastikan bahwa teknologi ini dapat diakses dengan baik oleh masyarakat di daerah-daerah terpencil. 

Di desa-desa dengan SDM rendah, kemampuan masyarakat untuk mengakses dan memahami informasi digital sering kali terbatas. Oleh karena itu, KPU perlu menyiapkan langkah antisipatif untuk mengatasi masalah ini, misalnya dengan menghadirkan posko-posko pengaduan DPT yang mudah dijangkau oleh masyarakat.

Tantangan lain yang dihadapi KPU Bangkalan adalah sosialisasi terkait DPT, khususnya di masyarakat desa yang SDM-nya rendah. Tingkat pendidikan yang rendah seringkali menjadi kendala dalam pemahaman informasi terkait proses pemilu, termasuk pentingnya keterlibatan aktif dalam pengecekan DPT. 

Sosialisasi yang hanya mengandalkan media sosial atau teknologi informasi modern tidak akan cukup menjangkau masyarakat desa. Metode pendekatan yang lebih personal dan sesuai dengan kondisi lokal harus menjadi prioritas.

KPU Bangkalan harus mengembangkan metode sosialisasi yang inklusif dan efektif untuk menjangkau masyarakat desa yang memiliki keterbatasan akses informasi. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan memanfaatkan tokoh masyarakat setempat, seperti kepala desa, ulama, dan tokoh adat, atau para pemuda sebagai agen sosialisasi.

Pendekatan melalui tokoh lokal ini diyakini lebih efektif karena mereka memiliki pengaruh besar dalam komunitasnya. Selain itu, metode komunikasi langsung seperti pertemuan warga, majelis taklim, dan pengajian juga bisa dimanfaatkan untuk menyampaikan informasi terkait hak pilih dan DPT secara sederhana dan mudah dipahami.

Selain itu, penting bagi KPU untuk melakukan simulasi pemilu dan pelatihan kepada masyarakat mengenai tata cara pemungutan suara. Dengan adanya simulasi, masyarakat yang sebelumnya tidak memahami prosedur pemilu dapat berlatih dan terbiasa dengan proses yang akan dihadapi pada hari pemungutan suara. Pelatihan ini juga dapat mengurangi potensi kecurangan atau manipulasi suara karena masyarakat lebih memahami hak dan kewajibannya dalam pemilu.

KPU Bangkalan harus menunjukkan komitmen dan keseriusan yang tinggi dalam mengawal hak pilih masyarakat menjelang Pilkada 2024. Pengawalan terhadap DPT, serta sosialisasi yang tepat dan inklusif, sangat diperlukan, khususnya bagi masyarakat desa dengan SDM rendah yang rentan terhadap penyalahgunaan hak pilih. Dengan metode sosialisasi yang efektif, pendekatan berbasis komunitas, serta pengawasan yang ketat terhadap DPT, diharapkan Pilkada 2024 di Bangkalan dapat berjalan dengan lancar, adil, dan demokratis.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun