" lo! jangan gitu dong. suwer deh, lo harus pikirin baik-baik, ini keuntungan besar banget."
" bener-bener lo emang. lo umpanin gue demi cita-cita lo pribadi? bagus banget, belajar dimana lo jadi culas begitu?"
" ya,kan gue udah bilang, kasihin ke gue ajalah. dengan suka cita gue nerima dia."
" kan gue juga udah bilang,ambil!"
" Ngegas mulu ni anak. Heran.?
ini permasalahan lumayan agak runyam. segalanya nggak berjalan semulus yang direncanakan, spesifiknya, nggak seperti yang aku harapkan.boleh aja jadi orang yang nggak mau ribet. masalah uang, sama dia mah gampang deh. mana peduli dia tentang perbedaan bisnis dan kehidupan pribadi. dianggapnya sama. nyebelinnya, kalau sudah punya pendapat yang dia anggap itu mutlak tentang hal lain, dia pasti kekeh bukan kepalang.
mau siapapun yang merayu, orang yang bernama lengkap Mahmud Dion ini bakalan berjuang sekuat tenaga buat menang.
eh kamu, bukannya dia ga bisa ngelawan mamanya ya? mamanya kan ampuh banget dalam mengolah kata, membolak-balik keadaan biar intinya. dia dalam posisi nggak bisa memilih
tapi, ko sekarang nggak begitu lagi?
oh Wait, handphone dia bunyi. dengan melihat raut muka kesalnya, aku sepertinya sedikit bisa menduga. let's see.
jawabanku tetap sama, ma: NO.
Benar ternyata.
"..."
kenapa dia nggak loudspeker sih, aku kan nggak bisa mendengar mamanya ngomong apa.
" baik, teladan, soleh, anak presiden atau anak siapa pun, kalau hati nggak mau ya nggak bisa dipaksa dong, ma."
kulihat mukanya dia sudah kesal bukan main. sebelah tangannya menggosok kening, memejam beberapa detik, melek lagi, begitu dia ulang."
" nggak ada istilah jalanin dulu, please. kita mau buat jalanin dulu itu modalnya harus ada ketertarikan dulu. nggak bisa main jalanin main aja, jadi adonan kue bisa-bisa.
" dia mau cari pasangan bukan tukang asuh, ma! Â nggak perlu diomeng segala. nggak perlu sibuk dinafkahi. semua itu percuma kalau dia nggak cocok."
dari mana lo tau lo cocok atau nggak kalau belum mau nyoba si?
kata hatiku yang sok berperan sebagai orang netral dan rasional.
ya, memang bener sih, kalau nggak ada ketertarikan di awal, gimana mau mencoba.
itu jeritan sisi hatiku lainnya.
" nggak Mau."
"..."
" ti-dak "
"..."
" dia udah lihat foto yang mama kirim. dan sama sekali bukan tipeku. tolong dong, ma. please, ini zaman udah moderen sedemikian rupa, masa hak untuk memilih pasangan aja harus dirampas?"
Well, omongan dia benar.
aku kok jadi kasian sama dia karena dipaksa begini. cuma, masalahnya, dia belum lihat aslinya aja. suwer, aku berani bertaruh anaknya bu ajeng kalau ikut blind date pasti nggak akan gagal. at least, dari sudut pandang fisik. kalau kepribadiannya, ya mana aku tahu. kenal aja nggak.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H