Guru mempunyai peran yang sangat besar dalam memberikan ilmu kepada para siswanya. Semua itu tidak terlepas dari tugas guru sebagai orang tua kedua bagi siswa di sekolah. Tentunya tidak hanya intelektual yang diutamakan dalam pembelajaran namun selain itu siswa harus dibekali dengan pendidikan karakter, dimana diharapkan dengan adanya pendidikan karakter tersebut dapat membentuk karakter siswa.Â
Menurut Depdiknas (2010), Karakter merupakan perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma -- norma agama, hukum, tata krama, budaya, dan adat istiadat.
Matematika merupakan ilmu yang membuhtuhkan pemikiran yang logis, kritis, jujur, rasional, serta efisien. Adapun nilai karakter yang ada pada pembelajaran matematika adalah jujur, disiplin, kreatif, tanggungjawab, kerja keras, komunikatif, mandiri, dan rasa ingin tahu. Secara keseluruhan, peran serta pembelajaran matematika dalam pendidikan karakter sangatlah luas, namun dalam hal ini penulis membatasi tentang pembelajaran matematika dalam karakter jujur.
Jujur merupakan suatu sikap dari seseorang yang sering diungkapkan baik dengan perkataan maupun tindakan secara spontan, dimana perkataan maupun tindakan tersebut sesuai dengan fakta atau sesuai dengan keadaan yang sebenarnya terjadi tanpa ada rekayasa dari seseorang terkait dengan yang diucapkan maupun yang dilakukan. Dapat diartikan bahwa jujur adalah kesamaan antara ucapan atau perkataan dengan tindakan seseorang. Sehingga apapun yang dikatakan dan dilakukan seseorang tersebut sesuai dengan fakta yang terjadi pada saat itu.
Menurut para ahli, salah satunya menurut Zuriah (2008: 49) nilai dan prinsip kejujuran juga dapat ditanamkan pada diri siswa di jenjang pendidikan dasar melalui kegiatan mengoreksi hasil ulangan secara silang dalam kelas. Peranan guru sangat penting dalam mencermati proses koreksi tersebut dengan bertujuan untuk menanamkan kejujuran dan tanggung jawab pada diri siswa.Â
Guru perlu melakukan koreksi ulang dari pekerjaan siswa satu persatu setelah siswa selesai mengoreksi. Coretan dan hasil tulisan siswa yang tertera di lembar jawaban, akan terlihat kejujuran dari anak tersebut dalam mengoreksi hasil ulangan. Guru kemudian menyampaikan nilai kejujuran dan tanggung jawab pada anak dan dampaknya bagi kehidupan dimasa  depannya kelak.
Menurut Mustari (2011: 13-15) jujur adalah suatu perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan, baik terhadap dirinya maupun pihak lain. Jujur merupakan suatu karakter moral yang mempunyai sifat-sifat positif dan mulia seperti integritas, penuh kesabaran, dan lurus sekaligus tidak berbohong, curang, ataupun mencuri.
Menurut Kesuma, dkk (2012: 16) jujur merupakan suatu keputusan seseorang untuk mengungkapkan perasaannya, kata-katanya atau perbuatannya bahwa realitas yang ada tidak dimanipulasi dengan cara berbohong atau menipu orang lain untuk keuntungan dirinya. Makna jujur erat kaitannya dengan kebaikan (kemaslahatan). Kemaslahatan memiliki arti bahwa mementingkan kepentingan orang banyak dari pada mementingkan diri sendiri maupun kelompoknya.
Sikap Jujur harus diterapkan sejak dini terutama pada siswa, karena jujur merupakan salah satu karakter yang menjadikan seseorang untuk selalu berporos pada kebenaran dan dari sikap jujur itulah siswa tidak berani mengambil resiko untuk berbohong.Â
Pembiasaan sikap jujur terhadap diri siswa dapat dimulai dari lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan -- lingkungan lain disekitar. Selain peran penting orangtua dalam mendidik sikap jujur di rumah kepada anaknya, lingkungan sekolah juga mempunyai peranan yang sangat penting dalam membentuk karakter siswa terkait dengan kejujuran anak.
Sekolah dapat memberi contoh dalam bentuk perilaku jujur secara langsung melalui kegiatan -- kegiatan sekolah yang memancing sikap jujur siswa sehingga dengan contoh tersebut dalam jiwa siswa secara tidak langsung akan tumbuh nilai kejujuran yang tinggi dan siswa akan mempunyai rasa tanggungjawab atas semua yang dikatakan maupun yang diucapkan dimana hal tersebut akan menjadi sangat berguna dimasa sekarang maupun di masa depan.
Sikap jujur harus senantiasa dibiasakan, karena seseorang terutama siswa tidak akan bersikap jujur jika tidak dibiasakan bersikap jujur. Baik dalam hal mengerjakan tugas, ujian, belajar maupun hal lainnya. Apabila siswa sudah terbiasa berperilaku jujur maka sekolahpun akan turut bangga dengan ajaran yang diberikan.Â
Pembiasaan sikap jujur disekolah dapat dilakukan dengan memberikan penghargaan kepada siswa yang telah menerapkan sikap jujur pada saat disekolah, contohnya ketika anak bersikap jujur saat mengerjakan ujian maka guru memberikan respon yang baik seperti dengan memberikan pujian kepada siswa tersebut.
Ada beberapa hal yang dapat dilakukan oleh guru dalam hal memberikan penanaman karakter jujur kepada siswa. Antara lain adalah sebagai berikut :Â
Pertama, guru dapat menjadi teladan untuk siswa dalam berperilaku, bertutur kata dan beragama. Kedua, guru seyogyanya mengerti dan menghargai keunikan siswa baik kelebihan maupun kekurangannya, pendapatnya, tidak mencemoohnya, memberikan reward dan pujian yang memadai atas prestasi yang dicapai siswanya. Ketiga, (1) guru membimbing siswanya dengan cara menciptakan suasana kelas yang rileks dan mampu menstimulasi perkembangan siswa, (2) menginformasikan cara belajar efektif, (3) melakukan sosialisasi peraturan sekolah agar dapat dipahami oleh siswa manfaat dan tujuannya, (4) menciptakan budaya belajar dan karakter yang baik dalam proses penanaman karakter jujur kepada anak didik. (Yusuf, 1989) dalam (Rochmawati, Nikmah, 2018)
Guru dapat mengimplementasikan sikap jujur di sekolah pada diri siswa dengan menumbuhkan sikap dan perilaku jujur, siswa tidak cukup hanya dibekali pengetahuan dan banyak cerita tentang kejujuran, tetapi siswa membutuhkan pembiasaan sikap dan perilaku sehari-hari sehingga muncul rasa ingin terus berperilaku jujur. Dengan demikian, itulah peran penting sekolah seperti halnya orang tua dalam membentuk karakter kejujuran pada anak. Ketika orang tua di sekolah memiliki hubungan yang baik dan saling bekerja sama untuk membentuk karakter baik siswa maka pembentukan karakter jujur pada anak akan mudah untuk dilakukan.
Menurut hasil observasi dari penulis dan hasil angket yang diberikan kepada siswa di sekolah MA Nurul Huda Mangkang, terkait dengan penerapan sikap jujur siswa dalam mengerjakan tugas Matematika yang diberikan oleh Guru, pembiasaan Sikap Jujur disekolah tersebut sudah baik, meski ada beberapa siswa yang dengan jujur mengakui bahwa beberapa kali mengerjakan tugas masih bekerjasama dengan temannya. Namun, siswa jujur terkait dengan hal ini sehingga hal tersebut merupakan salah satu penerapan dari sikap jujur yang dibiasakan siswa.
Dalam mewujudkan tujuan pendidikan yang tertera dalam UU Sisdiknas pasal 1 ayat 1 yang kemudian ditegaskan kembali dalam UUD RI Nomor 20 pasal 1 Â tahun 2003 tentang pendidikan, maka penanaman sikap jujur ini tanpa disadari harus selalu ditanamkan agar tujuan pendidikan dapat tercapai.
Menurut Kementrian Pendidikan Nasional (Kemdiknas) 2010, ada 4 pilar nilai karakter yang harus ditanamkan pada siswa, antara lain adalah sebagai berikut :
- Dengan Tuhan artinya bermakna bertaqwa/religius.
- Dengan diri sendiri artinya jujur bertanggungjawab, bergaya hidup sehat, disiplin, kerja keras, percaya diri, berjiwa wirausaha, kreatif, inovatif, mandiri, dan mempunyai rasa ingin tahu.
- Dengan sesama dan lingkungan artinya sadar hak dan kewajiban, patuh pada aturan sosial, menghargai karya orang lain, santun dan demokratis, peduli sosial dan lingkungan.
- Nilai kebangsaan nasionalis dan menghargai keberagaman, pemahaman terhadap budaya dan ekonomi.
Sikap jujur juga dijelaskan dalam Al Qur'an, banyak surat yang menjelaskan tentang kejujuran, salah satunya adalah Surat Al Maidah Ayat 8 :
Artinya :
"Wahai orang -- orang yang beriman ! Jadilah kamu sebagai penegak keadilan karena Allah, (ketika) menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah kebencianmu terhadap suatu kaum mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah. Karena (adil) itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sungguh, Allah Maha Teliti terhadap apa yang kamu kerjakan."
Dalam Surat tersebut dijelaskan bahwa sulit untuk menjadi adil dan jujur bagi diri sendiri apalagi adil dan  jujur kepada orang lain. Maka sebaiknya sejak dari kecil sudah dibiasakan jujur agar ketika dewasa sudah terbiasa. Sehingga dapat disimpulkan bahwa penanaman sikap jujur sangat dibutuhkan untuk dapat menghasilkan pribadi yang berkarakter. Hal ini akan berpengaruh terutama pada masa depan bangsa. Sebab diketahui bahwa tingginya angka korupsi pada saat ini di Indonesia adalah salah satu hal yang mengindikasikan kurangnya penanaman sikap jujur di tengah masyarakat Indonesia. Dengan ini diharapkan para siswa dapat mempunyai sikap jujur yang telah dibiasakan sejak dini dimanapun dan kapanpun, agar masa depan bangsa berada di tangan yang tepat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H