Mohon tunggu...
Mahliana De Uci
Mahliana De Uci Mohon Tunggu... Freelancer - dan bagaimana saya harus mengisi kolom ini?

Gemar menonton bola dan main PES. Asli Majalengka.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen | Soal Bongkar Personil RHCP dan Kisah Lain

16 Maret 2018   17:17 Diperbarui: 16 Maret 2018   17:22 623
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Udah denger album RHCP yang baru?" Imin, temanku, bertanya ketika kebetulan bertemu di warung kopi. Aku dan dia memang sesama pendengar Red Hot Chilli Peppers, band asal California yang terkenal ekspresif kala main live.

"Hari gini masa belom"  kujawab sambil nyengir songong, padahal baru 3 hari yang lalu kudengar. Itu pun cuma 2 tembang saja: 'Goodbye Angels' dan 'Dark Necessities'.

"Kurang mantep, ya? Merindukan mantan nih. Hahaha" selorohnya seraya menyeruput kopi milikku karena pesanannya belum datang.

Mantan yang ia maksud tentu saja John Frusciante. Gitaris gondrong itu punya magnetnya sendiri: petikan gitar funkynamun juga syahdu di lagu-lagu tertentu. Ditambah ia juga mampu mengisi backing vokal dengan merdu, melengkapi sang vokalis Anthony Kieddis. Saking merdunya di komen Youtubebahkan ada yang bilang "Ketika backingnya lebih enak ketimbang vokal utama". Piye perasaanmu le dadi Anthony?

Sayangnya John memutuskan untuk mundur. Entah karena alasan apa. Ada  yang beranggapan kalau ia sudah tidak menikmati permainannya di RHCP. Dugaan lain adalah John gerah dengan popularitas RHCP yang semakin meroket. Bukan rahasia jika ia kurang suka dengan anggapan 'rockstar' yang disematkan orang banyak. Posisinya kemudian digantikan oleh Josh Klinghoffer. Dan kehadiran orang baru ini yang sekarang jadi sorotan.

Aku hanya tertawa, sambil menarik cangkir kopi yang berpotensi diambil alih si Imin, dan berkata

"Harusnya diganti Shodiq! Terus ganti nama jadi OM RHCP: Orkes Melayu Rombongan Hajat Cabe Pedas. Hahaha."

"Featuring Ratna Antika?"

"Cocok!"

***

Pulang kampung yang biasanya penuh sukacita dan kelegaan berubah menjadi kondisi yang memprihatinkan. Kemarin misalnya. Disambut bapak-ibu dengan tangan terbuka serta senyuman bangga setelah lama tak pulang, suasana sontak berubah setelah kubilang

"Gak bisa ikut ujian semester ini."

Senyuman perlahan menguap, berganti wajah muram dan tatap kecewa. Tak berlama-lama ibu masuk kamar. Dibantingnya pintu.

Bapak menatap dengan tajam. Menungguku memberikan detail lebih lanjut.

"Mungkin memang salah jalan. Gak bisa ngikutin di kelas. Malah minder" Hanya itu yang bisa keluar dari mulutku.

"Kenapa baru sekarang dibicarakan? Bukan di semester awal?" Bapak mencecar

Hening.

"Kalo begitu inginmu apa? Pindah jurusan? Bapak sama ibu hanya bisa membantu doa dan materi sekedarnya. Kamu yang akan menjalani. Taruhannya masa depanmu, nak."

"Belum bisa bilang apa-apa. Belum tahu." Pungkasku sembari beranjak ke kamar mandi. Rasanya badan sudah tak karuan. Butuh penyegaran. Kutinggalkan bapak di meja makan bersama sekotak martabak manis yang kubeli di terminal.

***

Pertemuan dengan Imin selanjutnya di sebuah warteg. Dekat perempatan jalan, samping toko alat rumah tangga. Kecurigaanku timbul jangan-jangan dia seorang penguntit atau agen rahasia. Masa bisa berkali-kali ketemu dia tanpa disengaja. Sebenarnya dunia sesempit apa? Tuduhan urung dilayangkan karena kali ini Imin dulu yang datang. Di piringnya hanya ada remah-remah nasi, sedikit kuah sayur dan sendok terbalik.

"Eh min, yang baru ternyata gak jelek-jelek amat." kubuka obrolan soal RHCP yang dulu ia keluhkan sembari melayangkan suapan pertama.

"Iya dong. Yang sekarang sholehah, bro. Hehehe" jawabnya sumringah.

"Oh ya? Gimana gitu?" Heran. Kok Josh Klinghoffer ia bilang sholehah. Sebelah mananya?!

"Yang kemaren minta jalan ke mall mulu. Nonton wajib 2 minggu sekali. Lha yang ini..."

Sebelum makin melantur, kupotong omongan Imin dengan menepuk jidatnya yang lebar. Tak terima, Imin pasang kuda-kuda silat. Buru-buru kuluruskan bahwa topik pembicaraan yang dimaksud adalah personel baru RHCP. Kuda-kuda mengendur. Imin manggut-manggut sambil mengelus jidat.

"Mmm itu toh. Tak kira kamu ngomongin pacar saya yang baru (aku curiga ia nyombong tanpa sengaja)." Imin beranjak meminta air putih kepada mbak Narti, penjaga warung nasi.
"Ya ga jelek-jelek amat emang, tapi dibanding sama John jauh lah. Soulnya itu ga dapet." Sambungnya setelah minum dan menyulut rokok. Habis bilang begitu, ia pasang pose merokoknya Chairil Anwar. Lagakmu min, min.

"Kalo dibandingin terus ga bakal ada abisnya kali. Ntar yang kita liat cuma kekurangan si Josh sama kelebihan si John. Kasian Josh lah, min."

"Ya balik ke selera saja sih." Seraya mengepulkan asap ke udara dan pasang posisi ambil-makanan-nyelip-di-geraham.

***

Entah kenapa di kamar mandi terbayang obrolan lama soal gitaris Red Hot Chili Peppers. Ketika dihadapkan pada persoalan nyata di depan mata. Aku termenung sambil nongkrong di wc. Sesekali tersenyum getir, sesekali menggaruk kepala dan berkali-kali nyiram 'hasil tongkrongan'.

"Pindah jurusan mungkin bukan jawaban tepat. Semua ilmu tentu memiliki kadar kesulitannya masing-masing. Belum tentu jika pindah maka semuanya berjalan tanpa hambatan. Dasar naif kau." Batinku.

"Yang sekarang diperlukan adalah kemampuan menerima. Menerima bahwa kamu belum jago. Menerima bahwa kamu harus banyak belajar. Menerima kalau harus dinasihati dosen. Menerima bahwa kamu sekarang adalah mahasiswa! Setelah itu dilakoni sungguh-sungguh. Jangan setengah-setengah."

"Seperti halnya menerima kenyataan bahwa John Frusciante telah diganti oleh Josh Klinghoffer. Awalnya mungkin sulit menerima kehadiran Josh. Beberapa hal berubah seperti gaya permainan, suara backing vokal hingga performa di panggung. Bagaimanapun Josh bukanlah John, dan ia tak akan pernah menjadi sebagaimana pendahulunya itu. Maka alih-alih mengeluhkan hal itu terus, mengapa tidak menerima Josh dan menikmati karya Red Hot Chili Peppers yang baru?"

Aku tersenyum.

Dan teringat Imin dengan pose Chairil Anwarnya.

Yogyakarta, 6 Februari '18

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun