Satu hal yang perlu dipahami, kebahagiaan berkaitan dengan hati, bukan akal yang bekerja dengan logika. Kebahagiaan juga tidak berkaitan dengan tubuh atau jasmani, yang hanya terpuaskan oleh kelezatan duniawi yang sementara. Hati adalah pusat dari kekuatan jiwa---daya jiwa yang mampu menggerakkan akal dan tubuh untuk mendekatkan diri kepada Sang Pencipta. Inilah yang menjadi puncak kebahagiaan sejati.
Seorang ulama pernah berkata, "Kebahagiaan sejati bukan terletak pada kekayaan, kedudukan, atau kemewahan duniawi, melainkan dalam kemampuan mendekatkan diri kepada Sang Pencipta, menemukan makna dalam pengabdian kepada-Nya, dan merasakan kedamaian di dalam hati."
Kebahagiaan sejati dapat dicapai melalui tiga hal: ibadah, khidmah (pengabdian), dan zikir (mengingat Allah). Mendekatkan diri kepada Sang Pencipta melalui ibadah kepada-Nya, menemukan makna dalam pengabdian melalui khidmah di jalan-Nya, serta merasakan kedamaian dalam hati melalui zikir mengingat-Nya.
Selain itu, kebahagiaan muncul ketika hati mampu menerima segala kondisi yang terjadi. Setiap keadaan dilihat melalui kacamata hikmah. Seseorang yang bersyukur ketika mendapatkan nikmat dan bersabar ketika tertimpa musibah akan hidup dalam kebahagiaan yang senantiasa menyertai.
Alhasil, kebahagiaan adalah hal yang sangat penting dalam hidup. Tanpa kebahagiaan, hidup akan terasa hambar. Kebahagiaan harus dimulai dengan menata hati. Hati yang dipenuhi kedamaian akan membawa kebahagiaan sejati.!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H