Mohon tunggu...
Mahir Martin
Mahir Martin Mohon Tunggu... Guru - Guru, Aktivis dan Pemerhati Pendidikan

Penulis: Satu Tahun Pembelajaran Daring, Dirayakan atau Disesali? (Penerbit Deepublish, 2021); Hikmah Pandemi Covid-19 Relevan Sepanjang Masa (Guepedia, 2021); Catatan dari Balik Gerbang Sekolah untuk Para Guru (Guepedia, 2022); Motto: Reflection Notes: Ambil hikmahnya...

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Haji Udin Itikaf dan Siskamling

22 April 2022   06:38 Diperbarui: 22 April 2022   06:40 452
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kurma Haji Udin (dokpri)

Selepas shalat tarawih Haji Udin mampir ke pos kamling yang hari-hari ini ramai dijaga masyarakat. Haji Udin bertanya kepada para tetangganya yang juga turut berjaga malam itu:

-Mengapa hari-hari ini ramai sekali yang menjaga pos kamling?

-Pak Haji, menjelang lebaran seperti ini, banyak orang yang kehilangan barang. Makanya, kita harus banyak-banyak berjaga agar tidak sampai ada yang kehilangan.

Mendengar jawaban tetangganya, Haji Udin pulang dengan wajah senang. Dalam hatinya ia menggerutu, "Akhirnya, aku mendapatkan cara untuk mengajak jamaah untuk beritikaf."

Esok malamnya, Haji Udin mendapat giliran kultum tarawih di masjid. Ia naik mimbar dan menyeru:

-Hai jamaah, kita sudah masuk 10 hari terakhir Ramadan. Lebaran sudah semakin mendekat. Kudengar jika sudah mendekati lebaran, banyak masyarakat yang kehilangan, makanya kalian rajin berjaga di pos kamling. Apakah ini benar?

Jamaah serempak menjawab:

-Benar Pak Haji.

-Jika kalian rajin berjaga di pos kamling karena takut kehilangan harta, maka sekarang  aku mengajak kita semua untuk rajin berjaga dan itikaf di masjid agar tidak kehilangan malam lailatul qadar.

Ya, apa yang disampaikan Haji Udin sungguh sangat benar. Masyarakat kita memang perlu diajak untuk ikut melaksanakan ibadah itikaf. Itikaf ini adalah memang ibadah yang sering terlupakan. Mungkin karena sulit dilakukan.

Ibadah itikaf sendiri dilaksanakan dengan cara  berdiam diri di masjid untuk beribadah kepada Allah SWT. Timbul pertanyaan, jika hanya berdiam di masjid dimana letak sulitnya?

Itikaf yang tidak terikat dengan waktu memang mudah dilakukan. Itikaf jenis ini disebut itikaf mustahab yang tidak masuk dalam kategori wajib atau sunnah. Kapanpun kita masuk ke dalam masjid, kira bisa meniatkan untuk beritikaf.

Itikaf di bulan Ramadan hukumnya sunnah muakadah dan sangat dianjurkan oleh Rasulullah SAW. Seperti dicontohkan Rasul, itikaf ini dilakukan di sepuluh hari terkahir di Bulan Ramadan. Selama sepuluh hari itu seseorang yang melakukan itikaf tidak diperbolehkan untuk keluar dari masjid tanpa ada alasan yang dibenarkan.

Itikaf Ramadan inilah yang terkadang memberatkan. Sepuluh hari bukan waktu yang singkat. Apalagi di saat masa-masa mendekati lebaran. Biasanya orang akan lebih disibukkan dan terdistraksi ibadahnya karena mengurusi hari raya. 

Ya, meninggalkan hal-hal keduniawian adalah salah satu bagian dari itikaf. Ketika itikaf seseorang dianjurkan untuk lebih banyak berdiam diri dan menikmati kebersamaan dengan Allah SWT. Itikaf diisi dengan berbagai macam ibadah, seperti shalat, membaca Al-Quran, berzikir, berdoa, bertafakkur, dan mempelajari agama.

Waktu yang terlewatkan ketika beritikaf sama halnya seperti waktu menunggu dari satu shalat ke shalat yang lain. Orang yang menyelesaikan shalat dan menunggu waktu shalat yang lain, hatinya selalu terikat dengan ibadah dan mengarah kepada Allah SWT. Setiap detik dan menit yang terlewati akan membawa seseorang semakin merasakan kedekatannya kepada-Nya.

Bagi remaja, itikaf itu ibarat kamping ukhrawi. Orang yang kamping akan semangat membangun tenda di tempat yang paling nyaman posisinya. Orang yang kamping semangat mengisi waktunya dengan kegiatan yang menyenangkan dan menenangkan hatinya.

Itikaf, sebagai kamping ukhrawi memiliki masjid sebagai tenda besar yang di setiap sudutnya bisa dijadikan posisi ternyaman untuk mengarungi malam yang sunyi. Kamping ukhrawi memiliki suasana maknawi yang tidak hanya menyenangkan dan menenangkan hati, tetapi juga mampu membawa seseorang hanyut dalam kebersamaan ilahi.

Malam-malam yang dihabiskan dengan bercengkrama dengan Allah SWT, mengharap hadiah besar berupa kebaikan seribu bulan, akan menjadi mesin pendorong hati untuk semangat mengarungi kehidupan. Hal ini hanya bisa didapatkan dalam itikaf yang dilakukan dengan penuh penghayatan akan kebesaran Allah SWT.

Masjid-masjid seharusnya bisa dikelola sedemikian rupa sehingga ramah untuk orang-orang yang ingin menghabiskan waktu dengan itikaf di dalamnya. Ibu-ibu ramai menyediakan makan sahur gratis bagi yang beritikaf. Fasilitas dan infrastruktur masjid di perbaiki. Masyarakat juga mendukung dengan saling mengajak satu sama lain agar bertambah semangat dalam beritikaf.

Ya, bulan Ramadan terasa tak lengkap tanpa adanya itikaf. Kini saatnya kita hidupkan kembali ibadah yang sering kita lupakan ini. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun