Ibadah itikaf sendiri dilaksanakan dengan cara  berdiam diri di masjid untuk beribadah kepada Allah SWT. Timbul pertanyaan, jika hanya berdiam di masjid dimana letak sulitnya?
Itikaf yang tidak terikat dengan waktu memang mudah dilakukan. Itikaf jenis ini disebut itikaf mustahab yang tidak masuk dalam kategori wajib atau sunnah. Kapanpun kita masuk ke dalam masjid, kira bisa meniatkan untuk beritikaf.
Itikaf di bulan Ramadan hukumnya sunnah muakadah dan sangat dianjurkan oleh Rasulullah SAW. Seperti dicontohkan Rasul, itikaf ini dilakukan di sepuluh hari terkahir di Bulan Ramadan. Selama sepuluh hari itu seseorang yang melakukan itikaf tidak diperbolehkan untuk keluar dari masjid tanpa ada alasan yang dibenarkan.
Itikaf Ramadan inilah yang terkadang memberatkan. Sepuluh hari bukan waktu yang singkat. Apalagi di saat masa-masa mendekati lebaran. Biasanya orang akan lebih disibukkan dan terdistraksi ibadahnya karena mengurusi hari raya.Â
Ya, meninggalkan hal-hal keduniawian adalah salah satu bagian dari itikaf. Ketika itikaf seseorang dianjurkan untuk lebih banyak berdiam diri dan menikmati kebersamaan dengan Allah SWT. Itikaf diisi dengan berbagai macam ibadah, seperti shalat, membaca Al-Quran, berzikir, berdoa, bertafakkur, dan mempelajari agama.
Waktu yang terlewatkan ketika beritikaf sama halnya seperti waktu menunggu dari satu shalat ke shalat yang lain. Orang yang menyelesaikan shalat dan menunggu waktu shalat yang lain, hatinya selalu terikat dengan ibadah dan mengarah kepada Allah SWT. Setiap detik dan menit yang terlewati akan membawa seseorang semakin merasakan kedekatannya kepada-Nya.
Bagi remaja, itikaf itu ibarat kamping ukhrawi. Orang yang kamping akan semangat membangun tenda di tempat yang paling nyaman posisinya. Orang yang kamping semangat mengisi waktunya dengan kegiatan yang menyenangkan dan menenangkan hatinya.
Itikaf, sebagai kamping ukhrawi memiliki masjid sebagai tenda besar yang di setiap sudutnya bisa dijadikan posisi ternyaman untuk mengarungi malam yang sunyi. Kamping ukhrawi memiliki suasana maknawi yang tidak hanya menyenangkan dan menenangkan hati, tetapi juga mampu membawa seseorang hanyut dalam kebersamaan ilahi.
Malam-malam yang dihabiskan dengan bercengkrama dengan Allah SWT, mengharap hadiah besar berupa kebaikan seribu bulan, akan menjadi mesin pendorong hati untuk semangat mengarungi kehidupan. Hal ini hanya bisa didapatkan dalam itikaf yang dilakukan dengan penuh penghayatan akan kebesaran Allah SWT.
Masjid-masjid seharusnya bisa dikelola sedemikian rupa sehingga ramah untuk orang-orang yang ingin menghabiskan waktu dengan itikaf di dalamnya. Ibu-ibu ramai menyediakan makan sahur gratis bagi yang beritikaf. Fasilitas dan infrastruktur masjid di perbaiki. Masyarakat juga mendukung dengan saling mengajak satu sama lain agar bertambah semangat dalam beritikaf.
Ya, bulan Ramadan terasa tak lengkap tanpa adanya itikaf. Kini saatnya kita hidupkan kembali ibadah yang sering kita lupakan ini.Â