-Pak Haji, takjil itu bukan nama makanan, itukan artinya menyegerakan berbuka.
Haji Udin yang tidak mau disalahkan lalu berkata:
-Ya memang, makanan yang segera bisa dimakan ketika waktu buka tiba itulah makanan favoritku, apapun makanan itu, asal baik dan halal.
Jawaban yang diberikan Haji Udin pada cerita diatas memang terkesan menohok, tetapi itulah yang benar.Â
Yang utama dari berbuka puasa adalah menyegerakannya, bukan makan makanan terfavorit atau terlezat. Karena sejatinya, makanan apapun akan terasa lezat bagi orang yang berbuka.
Namun, tak bisa kita pungkiri, nafsu orang berbuka selalu menginginkan yang ia suka, yang ia favoritkan, selama itu tidak melanggar aturan. Memang makan makanan favorit ketika berbuka tidak ada yang melarang, jadi sah-sah saja dilakukan.
Jika berhubungan dengan makanan berbuka, maka seseorang bisa kalap diri. Apapun ingin dimakan, apapun ingin dibeli. Padahal ketika waktu berbuka tiba, tak semua makanan yang dibuat atau dibeli bisa termakan.Â
Memang terkadang ada yang menurutkan hawa nafsu, mencoba memakan semua makanan yang ada. Ini pun tidak membawa kebaikan. Yang ada perut menjadi sakit karena kekenyangan.Â
Jika sudah seperti ini, puasa yang seharusnya membawa kesehatan, justru membawa malapetaka, hanya gara-gara makanan yang berlebihan.
Oleh karenanya, karena banyak yang ingin membeli makanan, di bulan Ramadan banyak bermunculan pasar jajanan. Dari mulai jajanan tradisional sampai dengan jajanan kekinian tumpah ruah di pinggir-pinggir jalan.Â
Inilah yang membuat bulan Ramadan begitu meriah. Jalanan selalu macet, apalagi di waktu-waktu menjelang berbuka.