Kalimat syahadat adalah ikrar seseorang untuk bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah, dan Nabi Muhammad adalah utusan Allah. Syahadat adalah bukti kita mempercayai Allah dan Rasulnya.
Kemudian, Imam Bukhari juga mengutip dialog Nabi Ibrahim dengan Allah SWT yang ada di dalam Al-Quran.
Suatu saat Nabi Ibrahim AS berdoa kepada Allah SWT, "Ya Tuhanku, perlihatkanlah kepadaku bagaimana Engkau menghidupkan orang-orang mati".Â
Lantas, Allah SWT berfirman: "Belum yakinkah kamu?"Â
Ibrahim menjawab: "Aku telah meyakinkannya, akan tetapi agar hatiku tetap mantap (dengan imanku).Â
Allah berfirman: "(Kalau demikian) ambillah empat ekor burung, lalu cincanglah semuanya olehmu. (Allah berfirman): "Lalu letakkan diatas tiap-tiap satu bukit satu bagian dari bagian-bagian itu, kemudian panggillah mereka, niscaya mereka datang kepadamu dengan segera". Dan ketahuilah bahwa Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (QS Al-Baqarah: 260).
Hal ini menunjukkan bahwa kita diperbolehkan mencari bukti-bukti untuk memperkuat keimanan kita. Misalnya, banyak ayat-ayat yang membuktikan ilmu sains modern dalam Al-Quran. Ayat-ayat ini membuktikan bahwa kebenaran Al-Quran sebagai firman Allah SWT.
Misalnya, ada yang meneliti manfaat berpuasa pada tubuh kita dari sisi kesehatan. Inilah yang disebut dengan ayat-ayat hikmah dalam Al-Quran.
Hal ini boleh saja dilakukan, tetapi kita dilarang menjadikan hikmah ini sebagai tujuan kita beribadah. Kita beribadah hanya untuk Allah SWT. Hikmah itu ibarat bungkus, dan adanya di dunia.Â
Yang termasuk hikmah di dunia adalah adanya hukum sebab akibat. Misalnya, kita makan makanan, maka merasa kenyang.Â
Hakikatnya, yang menyebabkan kita kenyang adalah Allah SWT, bukan makanan. Makanan hanyalah bungkusnya saja.