Karena sesuatu yang telah direnungi tidak akan membuat seseorang ketakutan. Hasil perenungan membuat seseorang siap dalam menerima sesuatu.
Misalnya, coba pikirkan seseorang yang akan menghadapi ujian. Jika ia sudah mempelajari dan memahami semua materi ujian, maka ia tidak akan takut mengikuti ujian.
Pelajaran lain dari hadits ini bisa kita lihat dari sikap Sayyidah Khadijah ketika mendengar cerita Rasulullah SAW. Sayyidah Khadijah berusaha menenangkan beliau yang sedang ketakutan.Â
Sayyidah Khadijah juga meyakinkan Rasulullah SAW bahwasanya beliau tidak akan dicelakai, karena kebaikan yang telah dilakukannya.
Diceritakan dalam hadits bahwa Sayyidah Khadijah juga mengajak Rasulullah SAW untuk bertemu Waroqoh bin Naufal. Hal ini juga merupakan pelajaran bagi kita.
Jika kita memiliki permasalahan, maka kita boleh, bahkan baik, untuk bersilaturami kepada seseorang yang kita anggap memiliki kompetensi untuk memberi nasihat kepada kita.
Kita harus benar-benar memperhatikan kepada siapa kita bisa meminta nasihat. Jika kita salah, maka mungkin saja permasalahan tidak akan, justru akan menambah permasalahan kita.
Contohnya adalah jika kita mengunjungi dukun, atau biasa disebut orang pintar, yang terkadang memberikan nasihat melenceng dari syariat. Ini jelas tidak benar.
Prinsip ini juga mengajarkan kita cara berkonsultasi yang benar. Dalam konsultasi, kita harus bisa menyampaikan semua yang ingin dikonsultasikan dengan baik.Â
Setelah menyampaikan materi konsultasi kita akan menjadi pendengar yang baik. Nasihat yang diberikan harus benar-benar dihayati dan direnungi.
Dalam konsultasi juga harus tercipta dialog atau komunikasi dua arah. Hal-hal yang dirasa belum jelas perlu ditanyakan dan diklarifikasi.