Sebuah Refleksi
Jika kita membicarakan tokoh atau detail sebuah peristiwa sejarah, maka kita akan selalu dihadapkan pada perbedaan. Oleh karenanya, yang terbaik dari membaca sejarah adalah bagaimana kita bisa mengambil hikmah dari peristiwa sejarah yang terjadi.
Lantas, apa hikmah dari peristiwa serangan umum 1 Maret 1949 ini?
Sebagai bangsa, banyak sekali hikmah yang bisa kita ambil dari peristiwa ini. Yang paling penting adalah bahwa bangsa kita ini bisa melahirkan tokoh-tokoh besar yang memiliki peran yang besar juga dalam perjuangan kemerdekaan.Â
Semua tokoh yang disebutkan terkait serangan umum 1 Maret 1949 masing-masing memiliki peran yang berbeda. Namun, walaupun peran mereka berbeda, tetapi mereka memiliki tujuan yang sama. Mereka menginginkan kedaulatan Indonesia dan ingin agar dunia mengakuinya.
Kedaulatan adalah hikmah lain yang bisa kita ambil. Peristiwa ini membuktikan bahwa negara kita mampu menjaga kedaulatannya. Keberanian berperang dan kemampuan berdiplomasi para tokoh pahlawan bangsa menjadi kunci kemenangan Indonesia.
Menjaga kedaulatan harus menjadi pelajaran bagi kita yang hidup di era polarisasi dunia yang begitu kental seperti saat ini. Polarisasi yang bisa membawa kepada Perang Dunia Ketiga. Genderang perang dunia ketiga telah dipukul Rusia dengan menginvasi Ukraina baru-baru ini. Kita sebagai negara harus siap menghadapi kemungkinan terburuk yang bisa terjadi untuk menjaga kedaulatan negara kita.
Hikmah lainnya adalah persatuan dan kesatuan. Dalam serangan ini, kita bisa melihat bagaimana pemerintah, tentara, dan rakyat bersatu untuk melawan Belanda. Hasilnya sungguh mencengangkan, Yogyakarta bisa diduduki dalam waktu yang relatif singkat.
Dalam persatuan selalu ada kekuatan. Itu pula yang kita lihat saat ini di Ukraina. Persatuan dan kesatuan yang ditunjukkan rakyat Ukraina mampu menjaga kedaulatannya hingga hari ini. Padahal menurut rumor, Rusia menargetkan empat hari saja untuk menduduki Ibu Kota Ukraina Kiev.
Alhasil, sejarah memang harus bisa dijadikan acuan untuk menentukan langkah kita sekarang dan kedepannya. Masa lalu memang harus bisa dijadikan pedoman untuk masa kini dan masa depan. Dulu, harus menjadi pegangan untuk kini, dan kelak. Oleh karenanya kita tidak sepatutnya melupakan sejarah, karena inti dari peristiwa sejarah akan selalu berulang dengan tokoh dan bentuk peristiwa yang berbeda.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H