Kedua, percaya diri. Semua orang bisa menjadi apa saja yang diinginkan, asalkan ia memiliki kepercayaan diri untuk meraihnya. Percaya diri juga harus didasari oleh cara berpikir yang realistis.
Percaya diri berbeda dengan terlalu percaya diri. Jika terlalu percaya diri hasilnya tidak akan baik. Ini disebabkan karena terlalu percaya diri sering kali didasari oleh sesuatu yang tidak realistis.
Ketiga, membuat perencanaan kehidupan. Misalnya, agar seorang siswa ingin memilih masuk suatu jurusan kuliah, maka ia harus memiliki referensi yang banyak tentang jurusan tersebut, sering melakukan diskusi dengan orang yang lebih tahu dan berpengalaman, memperhatikan berbagai opini lain yang menguatkan, dan terus belajar untuk memaksimalkan minat dan bakat yang sudah dimiliki.
Keempat, jangan menghakimi dirimu sendiri. Ubah kata-kata "saya tidak bisa" menjadi "saya belum bisa." Jangan menghakimi diri dengan kegagalan. Dengan tidak menghakimi diri sendiri sejatinya seseorang sedang mencintai dirinya sendiri.
Kegagalan ataupun keberhasilan sebenarnya mengajarkan diri kita untuk menghargai proses, tidak hanya mementingkan hasil yang diraih.
Alhasil, apapun potensi yang kita miliki, yang paling penting adalah bagaimana kita bisa menjadi versi terbaik dari diri kita sendiri, bukan versi terbaik dari orang lain. Karena sejatinya kita memiliki potensi diri kita sendiri yang bisa kita maksimalkan.
Sebenarnya, potensi kita itu tak terbatas, justru diri kita sendiri yang terkadang membatasinya. Oleh karenanya, kita harus bisa menggunakan potensi yang kita miliki untuk melakukan apa yang sebenarnya harus kita lakukan sebagai hamba ciptaan Tuhan. Sejatinya begitulah potensi diri seharusnya digunakan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H