Bicara tentang vaksinasi, tak bisa lepas dari vaksin itu sendiri. Di masa pandemi ini masih ada sebagian orang yang mungkin berpikir bahwa vaksin adalah obat penawar.Â
Dalam pikiran mereka, vaksin akan bekerja dengan cepat untuk menangkal masuknya virus ke dalam tubuh manusia.Â
Mereka juga berpikir bahwa jika sudah divaksin maka akan aman dari ancaman terinfeksi Covid-19. Akhirnya, masyarakat bisa saja lengah. Merasa diri sudah kebal, bisa saja masyarakat akan mengabaikan protokol kesehatan.
Namun realitanya, vaksin tidak bekerja secepat yang dibayangkan. Tubuh memerlukan waktu untuk membentuk antibodi secara sempurna, atau yang kita kenal dengan proses imunisasi. Antibodi inilah yang nantinya berfungsi sebagai sistem keamanan atau sistem imunitas dalam tubuh manusia untuk menangkal terjadinya infeksi virus.
Tubuh seseorang yang telah memiliki antibodi akan kebal terhadap infeksi virus. Hal ini disebabkan karena terbentuknya kekebalan di dalam tubuh.Â
Jika sudah terbentuk kekebalan tubuh, maka seseorang tidak akan mudah terinfeksi virus dan juga terhindar dari menularkan virus ke orang lain. Akhirnya, rantai penyebaran virus pun dapat diputus, atau paling tidak bisa ditekan seminimal mungkin..
Semakin banyak orang yang telah terbentuk kekebalan tubuhnya, maka akan semakin cepat terbentuk herd immunity di masyarakat.Â
Herd immunity atau kekebalan kelompok sebenarnya hanya akan terjadi ketika sebagian besar masyarakat kebal terhadap penyakit sehingga penyebaran penyakit tersebut bisa dihentikan.
Diberitakan kompas.com (15/05/2020), herd immunity dapat dilihat dari seberapa menular patogen itu, yang diukur dengan apa yang oleh para ahli disebut nomor reproduksi dasar, atau R0.Â
R0 adalah jumlah rata-rata orang yang akan menularkan penyakit pada populasi di mana tidak ada yang kebal, jadi R0 dari 3 berarti orang yang terinfeksi menyebarkan penyakit ke, rata-rata, tiga orang lainnya sementara mereka kembali menular.[1]