Ada banyak cara yang bisa dilakukan untuk meminta dan memberi maaf. Hal ini tergantung dengan karakter dalam diri kita yang akan melakukannya. Yang terpenting adalah adanya ketulusan dan kelapangan dada dalam melakukannya. Tanpa ketulusan dan kelapangan dada, permintaan dan pemberian maaf akan terasa hambar.
Kita bisa melakukan permintaan maaf dengan mendatangi langsung orang yang akan dimintai maafnya. Kita juga bisa melakukan permintaan maaf melalui tindakan. Misalnya, kita bisa mengirimkan hadiah sebagai tanda permintaan maafnya. Kita juga bisa meminta maaf dengan perantara orang ketiga yang berperan sebagai mediator permintaan maaf kita.
Jika, kesalahan yang dilakukan bersifat formal, maka permintaan maaf juga bisa dilakukan dengan jalur formal. Misalnya, dengan membuat surat permintaan maaf yang resmi dan terbuka, atau bisa juga  dengan melakukan klarifikasi permintaan maaf melalui media, baik cetak maupun elektronik.
Di sisi lain, memberi maaf juga bisa dilakukan dengan berbagai cara. Diantaranya adalah dengan mengedepankan dialog dan komunikasi yang diliputi dengan perdamaian. Jika itu terasa sulit untuk dilakukan, pemberiaan maaf juga bisa dilakukan dengan mengedepankan kesabaran dan mendoakan kepada orang yang kita anggap perlu untuk diberikan maafnya.
Namun, ada beberapa poin penting yang perlu diperhatikan ketika memberikan maaf. Jika seseorang melakukan kesalahan dengan menyerang keimanan dan kepercayaan kita atau hal-hal yang berhubungan dengan hak orang banyak, maka sikap tegas, terukur, dan rasional perlu dilakukan.
Misalnya, jika ada kita yang menghina agama dan kepercayaaan kita, atau suatu yang terkait hak banyak orang, maka tidak elok jika kita berdiam diri. Kita seharusnya bisa melakukan apa yang kita bisa untuk meluruskan hal ini. Sudah pastinya dengan tetap mengedepankan kelembutan dan kesantunan dalam bersikap. Kita tidak boleh bersikap reaksioner, apalagi bersikap mengedepankan kekerasan yang membabi buta.
Dalam hal ini diperlukan keseimbangan, diperlukan orang-orang yang bisa membaca situasi dan kondisi dengan baik, diperlukan orang-orang yang mengedepankan akal sehatnya dalam bersikap. Jika tidak, alih-alih memberikan maaf, kita justru akan terkungkung dengan perasaan yang hanya membenarkan diri sendiri atau kelompok kita sendiri. Inilah yang dimaksud dengan pembenaran yang belum tentu terbukti kebenarannya.
Alhasil, dalam berinteraksi dengan sesama, pastinya kita tak akan luput dari berbuat kesalahan, baik disengaja maupun tidak disengaja. Oleh karenanya, mengedepankan sikap ksatria yang mudah meminta dan memberi maaf menjadi sebuah keharusan yang perlu kita kedepankan dan lakukan untuk menuju kehidupan saat ini dan masa depan yang lebih damai, tentram, dan penuh dengan harmoni.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H