Mohon tunggu...
Mahir Martin
Mahir Martin Mohon Tunggu... Guru - Guru, Aktivis dan Pemerhati Pendidikan

Penulis: Satu Tahun Pembelajaran Daring, Dirayakan atau Disesali? (Penerbit Deepublish, 2021); Hikmah Pandemi Covid-19 Relevan Sepanjang Masa (Guepedia, 2021); Catatan dari Balik Gerbang Sekolah untuk Para Guru (Guepedia, 2022); Motto: Reflection Notes: Ambil hikmahnya...

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Nasihat Dokter dan Tali Ikatan

17 Maret 2021   10:55 Diperbarui: 17 Maret 2021   11:12 306
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nasihat dokter (kompas.com)

"Ibu harus banyak istirahat dan olahraga," itu nasihat dokter kepada istri saya yang kemarin berobat ke puskesmas. Beberapa minggu ini istri saya memang mengeluh sakit kepala. Sudah beberapa kali ke klinik, tetapi sakitnya masih belum hilang juga.

Tak banyak yang dikatakan dokter. Dari hasil cek darah memang semua terlihat normal. Berdasarkan diagnosa dokter, yang menjadi masalah hanyalah tensi darah yang agak rendah. Sebagai orang awam dengan kesehatan, rasanya tak percaya jika tensi darah bisa begitu besar dampaknya.

Nasihat Dokter

Bagi kami, mengikuti nasihat dokter adalah sebuah keharusan. Buat saya sebagai suami, nasihat dokter ini memiliki makna yang berbeda. Nasihat yang membuat saya merenung dan perlu mengintrospeksi diri lebih dalam. Nasihat yang membuat saya berpikir sudah seberapa seringkah saya membantu istri di rumah.

Dalam berumah tangga memang perlu ada keseimbangan. Keseimbangan dalam bersikap antara suami dan istri. Keseimbangan yang menjadikan pasangan saling tolong-menolong, bantu-membantu, dan saling menguatkan dalam mengarungi bahtera kehidupan rumah tangga.

Keseimbangan memang penting untuk membawa keharmonisan dalam rumah tangga. Kata orang, keluarga yang sakinah, mawaddah wa rahmah. Sakinah itu artinya tenang sebagai interpretasi dari keharmonisan. Ketenangan itu sendiri berasal dari keseimbangan. Hal inilah yang akan membawa cinta dan kasih sayang. Ujungnya adalah kebahagian dalam berumah tangga.

Satu kesalahan prinsip yang sering dilakukan dalam berumah tangga adalah ketika suami "hanya" fokus bekerja mencari nafkah dan istri juga "hanya" fokus mengurus anak dan pekerjaan rumah tangga. Sebenarnya, tidak ada yang salah dalam prinsip ini. Yang menjadi kesalahan adalah ketika kata "hanya" menghantui makna dari prinsip yang baik ini. Sejatinya, prinsip ini tidak seharusnya dimaknai "hanya."

Mau tak mau, suka tak suka, kata "hanya" ini menjadi momok dalam berumah tangga. Akhirnya, suami hanya memikirkan pekerjaan di luar rumah, istri hanya memikirkan pekerjaan di dalam rumah. Padalah apa yang ada di dalam dan di luar rumah seharusnya saling berkaitan, meskipun keduanya mungkin memiliki perbedaan.

Lantas, bagaimana sebaiknya pasangan menyikapi hal ini?

Inilah mengapa saya berpikir tentang nasihat dokter tadi. Nasihat dokter tersebut sebenarnya menyiratkan isi jawaban pertanyaan yang timbul tersebut. Dokter menyarankan istri saya untuk banyak istirahat dan olahraga.

Jika dipikir, suami dan istri sudah memiliki beban pekerjaan yang sangat banyak sekali. Beban pekerjaan yang memiliki tingkat stres yang tinggi. Keduanya, semestinya tidak boleh saling mengecilkan tugas dan tanggung jawab masing-masing.

Sering kita dengar, ada suami yang mengatakan, "saya kan sudah capai mencari uang," kepada istrinya. Hal ini yang membuat seolah pekerjaan istri di rumah itu mudah, dan suami tak harus ditambah beban lagi dengan pekerjaan di rumah.

Sebenarnya, jika ingin dibalikkan, kondisi serupa pun terjadi pada istri. Mungkin saja istri berkata, "saya kan sudah capai mengurus anak dan rumah." Istri juga memiliki hak untuk melakukan pembelaan. Istri juga memiliki pekerjaan yang sama banyaknya di rumah. Jadi sebenarnya kondisi istri dan suami itu sama.

Tali Ikatan Suami dan Istri

Lalu, apakah ini yang dinamakan keseimbangan? Bukankah suami dan istri memiliki pekerjaan masing-masing yang sama beratnya?

Sepintas bisa diartikan begitu. Suami melakukan pekerjaannya, istri pun begitu juga. Namun, tanpa kita sadari, hal ini akan membawa kepada kondisi dimana keduanya akan saling balik membalikkan, saling melakukan pembelaan dan pembenaran. Bisa juga timbul sikap acuh tak acuh, bahkan yang lebih berbahaya adalah jika sudah sampai tahap saling menyalahkan. 

Sejatinya, suami dan istri bagaikan dua objek yang diikat oleh tali ikatan yang kuat dan suci. Tali ini memiliki keistimewaan, bisa dipanjangkan dan dipendekkan. Panjang dan pendeknya tali ikatan bergantung bagaimana pasangan suami dan istri mengaturnya. Ada saatnya ikatan dipanjangkan sehingga efek dari tali yang mengikat tak terasa begitu mengganggu bagi keduanya untuk bergerak. 

Namun, ada kalanya juga tali ikatan diperpendek dalam rangka menyadarkan keduanya bahwa suami dan istri itu adalah satu kesatuan yang tak bisa dipisahkan. Suami seharusnya melakukan apa yang dia bisa untuk membantu istri, begitupun sebaliknya. Atau keduanya melakukan sesuatu bersama-sama sehingga akan saling mendukung satu sama lain.

Keseimbangan sejati akan terjadi jika adanya saling perhatian. Dengan adanya perhatian, suami tak perlu bertukar peran dengan istri, begitupun sebaliknya. Yang perlu dilakukan adalah saling memberi bantuan, pertolongan, dan menganggap bahwa suami dan istri menyatu dalam sebuah ikatan. 

Untuk mengatur kendali tali yang mengikat suami dan istri ini diperlukan komunikasi yang baik. Komunikasi dua arah dengan pesan yang tersampaikan tanpa adanya gangguan. Hal ini perlu dilakukan di dalam sebuah waktu berkualitas (quality time) yang dibentuk sehingga suasana menjadi hangat dan mencair.

Sebuah Refleksi

Kiranya, perkataan dokter kepada istri saya itu menyiratkan bahwa kami perlu saling bantu membantu dan berkomunikasi. Ketika istri perlu banyak istirahat, maka suami harus bisa mengambil kendali dan banyak membantu istri melakukan pekerjaan rumahnya. 

Ketika istri perlu banyak berolahraga, maka suami harus menjadi partner yang baik untuk mendampingi dan memberi dukungan kepada istri. Momen olahraga bisa menjadi waktu yang berkualitas bagi suami dan istri untuk saling berkomunikasi dan mengeratkan tali ikatan antara keduanya.

Alhasil, nasihat dokter ini seharusnya tidak hanya diartikan ketika dalam kondisi sakit. Begitu juga prinsip tali ikatan suci yang mengikat suami dan istri dalam bertindak. Kedua prinsip itu sejatinya sangat relevan untuk bisa diterapkan di sepanjang kehidupan. Jika ini dilakukan, keluarga yang sakinah mawaddah wa rahmah tidak hanya menjadi motto dalam pernikahan belaka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun