Sering kita dengar, ada suami yang mengatakan, "saya kan sudah capai mencari uang," kepada istrinya. Hal ini yang membuat seolah pekerjaan istri di rumah itu mudah, dan suami tak harus ditambah beban lagi dengan pekerjaan di rumah.
Sebenarnya, jika ingin dibalikkan, kondisi serupa pun terjadi pada istri. Mungkin saja istri berkata, "saya kan sudah capai mengurus anak dan rumah." Istri juga memiliki hak untuk melakukan pembelaan. Istri juga memiliki pekerjaan yang sama banyaknya di rumah. Jadi sebenarnya kondisi istri dan suami itu sama.
Tali Ikatan Suami dan Istri
Lalu, apakah ini yang dinamakan keseimbangan? Bukankah suami dan istri memiliki pekerjaan masing-masing yang sama beratnya?
Sepintas bisa diartikan begitu. Suami melakukan pekerjaannya, istri pun begitu juga. Namun, tanpa kita sadari, hal ini akan membawa kepada kondisi dimana keduanya akan saling balik membalikkan, saling melakukan pembelaan dan pembenaran. Bisa juga timbul sikap acuh tak acuh, bahkan yang lebih berbahaya adalah jika sudah sampai tahap saling menyalahkan.Â
Sejatinya, suami dan istri bagaikan dua objek yang diikat oleh tali ikatan yang kuat dan suci. Tali ini memiliki keistimewaan, bisa dipanjangkan dan dipendekkan. Panjang dan pendeknya tali ikatan bergantung bagaimana pasangan suami dan istri mengaturnya. Ada saatnya ikatan dipanjangkan sehingga efek dari tali yang mengikat tak terasa begitu mengganggu bagi keduanya untuk bergerak.Â
Namun, ada kalanya juga tali ikatan diperpendek dalam rangka menyadarkan keduanya bahwa suami dan istri itu adalah satu kesatuan yang tak bisa dipisahkan. Suami seharusnya melakukan apa yang dia bisa untuk membantu istri, begitupun sebaliknya. Atau keduanya melakukan sesuatu bersama-sama sehingga akan saling mendukung satu sama lain.
Keseimbangan sejati akan terjadi jika adanya saling perhatian. Dengan adanya perhatian, suami tak perlu bertukar peran dengan istri, begitupun sebaliknya. Yang perlu dilakukan adalah saling memberi bantuan, pertolongan, dan menganggap bahwa suami dan istri menyatu dalam sebuah ikatan.Â
Untuk mengatur kendali tali yang mengikat suami dan istri ini diperlukan komunikasi yang baik. Komunikasi dua arah dengan pesan yang tersampaikan tanpa adanya gangguan. Hal ini perlu dilakukan di dalam sebuah waktu berkualitas (quality time) yang dibentuk sehingga suasana menjadi hangat dan mencair.
Sebuah Refleksi
Kiranya, perkataan dokter kepada istri saya itu menyiratkan bahwa kami perlu saling bantu membantu dan berkomunikasi. Ketika istri perlu banyak istirahat, maka suami harus bisa mengambil kendali dan banyak membantu istri melakukan pekerjaan rumahnya.Â
Ketika istri perlu banyak berolahraga, maka suami harus menjadi partner yang baik untuk mendampingi dan memberi dukungan kepada istri. Momen olahraga bisa menjadi waktu yang berkualitas bagi suami dan istri untuk saling berkomunikasi dan mengeratkan tali ikatan antara keduanya.
Alhasil, nasihat dokter ini seharusnya tidak hanya diartikan ketika dalam kondisi sakit. Begitu juga prinsip tali ikatan suci yang mengikat suami dan istri dalam bertindak. Kedua prinsip itu sejatinya sangat relevan untuk bisa diterapkan di sepanjang kehidupan. Jika ini dilakukan, keluarga yang sakinah mawaddah wa rahmah tidak hanya menjadi motto dalam pernikahan belaka.