Mohon tunggu...
Mahir Martin
Mahir Martin Mohon Tunggu... Guru - Guru, Aktivis dan Pemerhati Pendidikan

Penulis: Satu Tahun Pembelajaran Daring, Dirayakan atau Disesali? (Penerbit Deepublish, 2021); Hikmah Pandemi Covid-19 Relevan Sepanjang Masa (Guepedia, 2021); Catatan dari Balik Gerbang Sekolah untuk Para Guru (Guepedia, 2022); Motto: Reflection Notes: Ambil hikmahnya...

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Membuat Kehidupan dan Hidup untuk Menghidupkan

20 Februari 2021   06:27 Diperbarui: 20 Februari 2021   06:41 1092
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Warga menyiapkan paket sembako yang akan dibagikan kepada warga lainnya yang membutuhkan. (Antara/Fikri Yusuf via kompas.com) 

Namun sayangnya, kebanyakan kita terlalu fokus untuk memikirkan bantuan yang bersifat fisik, jasmani, dan materiil. Padahal manusia juga membutuhkan bantuan yang bersifat psikis, rohani, dan moril.

Sudah saatnya kini kita bisa merubah paradigma berpikir yang kita punya. Di zaman yang semakin tak menentu ini, masyarakat mungkin lebih banyak memerlukan bantuan yang berorientasi kepada ukhrawi daripada yang bersifat duniawi.

Misalnya saja, degradasi moral dan penurunan akhlak yang masif terjadi, memerlukan orang-orang yang mau membimbing, mengarahkan, dan memberikan bantuan moril kepada generasi muda yang ada saat ini.

Uluran tangan jiwa-jiwa berdedikasi sangat diperlukan saat ini. Sudah tentunya, ketika mereka mencoba membantu generasi kekinian ini, hal-hal terkait dengan keduniawian juga tak boleh dinihilkan. Intelektualitas dan cara berpikir terhadap ilmu-ilmu positif seharusnya tetap bisa diajarkan dan hal itu seharusnya bisa berjalan selaras dengan pengembangan pendidikan karakternya.

Keikhlasan dalam Membantu

Pertanyaannya, sudahkah kita melakukannya? Jika sudah, apakah kita melakukannya dengan penuh kesadaran dan keikhlasan?

Ya, ketika melakukannya terkadang kita terjerembab ke dalam kubangan popularitas, mencari manfaat pribadi. Ketika ini terjadi, maka kebaikan yang kita lakukan hanya menjadi sebuah pertunjukkan belaka, kosong tanpa memiliki makna dan ruh di dalamnya. Jauh dari nilai keikhlasan.

Bahkan hal tersebut bisa menjadi sebuah madu yang beracun bagi jiwa kita. Terasa manis, tetapi bisa membunuh jiwa dan karakter dalam diri kita. 

Tak selesai sampai disitu, lebih jauh lagi hal itu juga bisa menjadi virus yang mematikan. Kita tahu, virus tak hanya membahayakan bagi diri sendiri, tetapi virus juga bisa menular, memberikan efek buruk kepada orang lain.

Sayangnya, mencari popularitas dan manfaat tidak hanya terjadi pada diri sendiri. Hal ini juga bisa terjadi pada sebuah kelompok, yang menyebabkan timbulnya ego kelompok.

Pemberian bantuan atas nama kelompok ini dan itu, organisasi ini dan itu, partai ini dan itu, sering terjadi dan sangat rentan untuk disalahgunakan. 

Akhirnya, terjadi persaingan antar kelompok. Persaingan yang tidak sehat akan menyebabkan konflik yang justru bisa membahayakan. Hal ini menyebabkan tujuan utama untuk membantu bisa saja terlupakan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun