Ketiga, untuk meraih kesuksesan perlu melakukan pengorbanan. Sebuah proses akan selalu membutuhkan pengorbanan. Pengorbanan bisa berbentuk pengorbanan waktu, tenaga, dan pikiran.
Pengorbanan terkadang sulit untuk dilakukan, tapi sudah seharusnya dilakukan. Pengorbanan terkadang berat untuk dilaksanakan, tetapi sudah seharusnya kita paksakan. Itulah inti dari pengorbanan. Kita harus memiliki keyakinan bahwasanya tidak akan ada yang sia-sia dari pengorbanan, pasti akan ada hasil yang dicapai nantinya.
Keempat, untuk meraih kesuksesan perlu konsisten untuk menekuni satu bidang. Konsisten adalah usaha yang terus menerus dilakukan, tanpa henti dan menyerah dalam mewujudkan target. Untuk bisa konsisten harus ada aturan, asas, atau prinsip yang harus ditetapkan dan ditaati.Â
Namun, sebaiknya seseorang konsisten pada bidang yang diprioritaskan atau ditargetkan. Menekuni banyak bidang akan menurunkan fokus seseorang. Seseorang memang perlu mengetahui banyak hal, tetapi menekuni dan mendalami banyak hal bukanlah sebuah pilihan sikap yang benar.
Kelima, untuk meraih kesuksesan perlu menetapkan diri berada di sekeliling orang-orang yang berenergi positif. Diharapkan aura energi positifnya bisa memberikan dampak baik kepada kita.
Lingkungan yang baik bisa diibaratkan ketika kita berteman dengan seorang penjual parfum. Penjual parfum mungkin akan memberi kita parfum atau kita bisa membeli parfum darinya, dan kalaupun tidak kita tetap mendapatkan bau harum darinya.Â
Sedangkan lingkungan yang kurang baik diibaratkan ketika kita berteman dengan pandai besi. Bisa jadi, percikan apinya mengenai pakaian kita dan kalaupun tidak, kita tetap mendapatkan bau asapnya yang tak sedap.
Sebuah Refleksi
Kini, disaat Pak Habibie telah pergi meninggalkan kita untuk selamanya, kunci-kunci sukses yang disampaikannya terasa sangat bermakna. Mengapa? Karena Pak Habibie bukan hanya mengatakannya, tetapi beliau juga membuktikannya. Pembuktian itulah yang menjadi teladan yang beliau tinggalkan kepada kita semua.Â
Dalam agama keteladanan disebut dengan bahasa hal atau sikap. Ulama dan cendekiawan Muhammad Fethullah Gulen Hojaefendi dalam ceramahnya pernah berkata, "Bahasa yang paling berpengaruh adalah bahasa sikap sekalipun hanya diam. Bahasa yang paling berpengaruh adalah bahasa hati. Bahasa yang paling berpengaruh adalah luapan air mata. Bahasa yang paling berpengaruh adalah adanya kepala yang mengerang yang merenung di bawah kegelapan malam."
Alhasil, Pak Habibie mengajarkan kesuksesan kepada kita dengan mengedepankan sebuah usaha, kerja keras, pantang menyerah, pengorbanan, konsistensi, dan juga pengaruh lingkungan.
Namun, sebenarnya yang paling penting diajarkan oleh Pak Habibie kepada kita adalah sebuah keteladanan sikap. Keteladanan yang mengedepankan sikap yang baik, hati yang lembut dan lapang, derai air mata dan doa tulus yang dipanjatkan. Inilah hakikat kesuksesan yang perlu kita renungi bersama.