Meskipun seperti itu, ketika ujian dilakukan, karena kemampuannya untuk belajar sendiri dan mampu memahami pelajaran tanpa bantuan guru, siswa ini mampu melewati ujian dan mendapatkan hasil yang baik.Â
Sebuah Refleksi
Namun, apakah potret siswa seperti ini yang kita maksud siswa yang bertanggung jawab dalam proses belajar?
Tentunya tidak. Coba kita pikirkan, jika saja siswa tersebut tetap mengikuti proses berpikir yang baik ketika belajar di kelas, pastinya akan lebih banyak lagi ilmu yang ia dapatkan.Â
Meskipun terkadang ia sudah bisa memahami pelajaran, dengan adanya proses berpikir akan timbul pemahaman-pemahaman baru yang akan menambah wawasannya dan juga bisa menambah motivasinya untuk mempelajari hal lain yang belum dipahami.
Sejatinya, dalam menuntut ilmu, walaupun kita sudah mengetahui ilmu yang akan dipelajari, sebaiknya kita perlu bersikap seakan-akan kita tidak mengetahui sama sekali ilmu tersebut. Sehingga kita akan tetap fokus dan terus melakukan proses berpikir untuk mendapatkan hal-hal yang baru.Â
Dengan adanya proses berpikir itulah akal manusia akan berfungsi dengan baik. Seperti kita ketahui, proses berpikir manusia bersifat sangat dinamis sehingga manusia bisa memahami sesuatu dari berbagai macam sisinya.
Alhasil, rasa tanggung jawab yang benar adalah rasa tanggung jawab terhadap proses belajar yang dituangkan dengan adanya proses berpikir, bukan rasa tanggung jawab untuk mengikuti formalitas belajar di kelas, apalagi rasa tanggung jawab yang berorientasi mendapatkan nilai yang tinggi di ujian.
Oleh karenanya, menjadi tanggung jawab kita bersama untuk menanamkan rasa tanggung jawab yang benar kepada siswa dalam melakukan proses belajar di sekolah, agar siswa tidak salah memahaminya.
[Baca Juga: Wakaf dan Ekonomi Syariah, Antara Perspektif Ekonomi dan Pendidikan]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H