Mohon tunggu...
Mahir Martin
Mahir Martin Mohon Tunggu... Guru - Guru, Aktivis dan Pemerhati Pendidikan

Penulis: Satu Tahun Pembelajaran Daring, Dirayakan atau Disesali? (Penerbit Deepublish, 2021); Hikmah Pandemi Covid-19 Relevan Sepanjang Masa (Guepedia, 2021); Catatan dari Balik Gerbang Sekolah untuk Para Guru (Guepedia, 2022); Motto: Reflection Notes: Ambil hikmahnya...

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Urgensi Kesetiaan Siswa dalam Belajar

28 Januari 2021   07:21 Diperbarui: 30 Januari 2021   18:18 2214
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi siswa belajar (ANTARA FOTO/AMPELSA via kompas.com)

Apakah siswa didik Anda di sekolah benar-benar sudah menjadi siswa yang setia? Mungkin pertanyaan ini jarang terbersit di benak para pendidik karena biasanya kata setia dimaknai dengan cara yang berbeda.

Biasanya kata setia digunakan untuk menggambarkan sebuah hubungan. Misalnya teman yang setia, suami atau istri yang setia, pengikut agama yang setia.

Sebenarnya, setia adalah kata sifat. Bentuk kata bendanya adalah kesetiaan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata kesetiaan memiliki arti keteguhan hati; ketaatan (dalam persahabatan, perhambaan, dsb); kepatuhan. 

Jika merujuk kepada definisi ini, kesetiaan bisa juga diasosiasikan dengan hubungan seseorang dengan sesuatu. Misalnya, pekerja bisa saja dikatakan pekerja yang setia kepada pekerjaannya atau seorang prajurit yang setia kepada negaranya.

Kesetiaan Siswa Kepada Ilmu

Dalam dunia pendidikan, ada juga kesetiaan. Misalnya kesetiaan guru dalam mendidik atau kesetiaan siswa dalam belajar. 

Terkait siswa, kesetiaan dalam belajar bisa dibangun dengan memberikan pemahaman kepada siswa bagaimana seharusnya siswa bisa memiliki kesetiaan dalam menuntut ilmu dan juga kesetiaan kepada guru sebagai pemberi ilmu.

Sebenarnya, sangat bisa dikatakan bahwa kesetiaan yang utama bagi siswa adalah kesetiaan dalam menuntut ilmu. Kesetiaan ini akan membawa siswa untuk bisa belajar dengan sebaik-baiknya. Ketika ada kesetiaan dalam belajar, siswa tidak melihat siapa guru pengajarnya. Bagi mereka, guru hanyalah menjadi sebuah wasilah. Guru bisa berganti, tetapi kesetiaannya dalam menuntut ilmu tidak akan pernah pudar.

Kesetiaan dalam menuntut ilmu bisa juga bermakna bahwa seorang siswa harus belajar dengan sungguh-sungguh dan penuh semangat. Siswa juga dituntut untuk bisa menggunakan segenap kemampuannya untuk memahami ilmu yang dipelajarinya. Tidak selesai disitu, setelahnya siswa juga harus mampu mengamalkan ilmu yang diperoleh dalam kehidupannya.

Kesetiaan kepada ilmu juga harus dimaknai bahwa siswa seharusnya bisa menerima segala konsekuensi dalam menuntut ilmu. Ada konsekuensi yang mudah dan disukai, tetapi ada juga konsekuensi yang sulit dan terkadang tidak diharapkan. 

Misalnya, salah satu pelajaran yang selalu menjadi favorit dan primadona siswa di sekolah adalah pelajaran olahraga. Baik siswa yang duduk di bangku sekolah dasar sampai kepada siswa yang duduk di sekolah menengah atas, pelajaran olahraga selalu saja dinanti-nantikan siswa. Siswa tidak memandang siapa guru yang mengajarnya, pelajaran olahraga selalu membawa kesenangan tersendiri bagi para siswa. 

Namun, terkadang rasa senang dan gembira pupus ketika guru mengatakan bahwa pelajaran olahraga minggu itu adalah pembelajaran teori di dalam kelas. Seketika siswa menjadi muram ketika mendengar hal itu. 

Ini menunjukkan bahwa kesenangannya belajar olahraga bukan karena kesetiaannya menuntut ilmu olahraga, tetapi lebih karena siswa senang bisa belajar diluar kelas.

Seharusnya, siswa bisa memaknai kesetiaan dalam menuntut ilmu dengan menerima kedua keadaan itu. Belajar di dalam kelas atau di luar kelas, belajar teori atau praktik. 

Sejatinya, dalam setiap keadaan pembelajaran selalu ada ilmu yang diberikan di dalamnya. Semuanya harus disambut dan diterima dengan lapang dada, tanpa adanya keluhan dan perasaan tak senang, apalagi perasaan tak bersemangat dalam belajar. 

Kesetiaan Siswa Kepada Guru

Selain itu, kesetiaan juga adalah salah satu tugas siswa kepada guru ketika belajar. Kesetiaan menjadi salah satu indikator siswa yang berperilaku baik atau tidak terhadap gurunya. Kesetian juga bisa mengangkat derajat siswa di mata gurunya. Dengan kesetiaan, pintu hati seorang siswa akan mudah terbuka untuk menerima ilmu dari gurunya.

Seperti halnya disebutkan dalam definisi di KBBI, kesetiaan juga berarti kepatuhan. Dalam konteks ini, kepatuhan yang dimaksud adalah kepatuhan siswa kepada guru. 

Agar tercipta kepatuhan, seorang siswa harus bisa menundukkan hatinya kepada guru, menunjukkan rasa percaya penuh terhadap didikan dan ajaran yang diberikan guru. 

Siswa diharapkan untuk bisa memantapkan diri untuk mematuhi semua peraturan yang dibuat guru, walaupun terkadang peraturan itu menyulitkan.

Dalam melakukan kepatuhan, seorang siswa juga harus mampu menggunakan akal dan logikanya, jangan hanya melakukan kepatuhan buta. 

Jika kiranya ada peraturan yang tidak sesuai dengan norma-norma kebaikan yang ada di masyarakat dan di negara, maka seharusnya siswa bisa mengorfimasikannya kepada guru yang bersangkutan dengan cara yang tepat, dengan tetap mengedepankan rasa hormat dan kesopanan. 

Misalnya saja, kasus yang baru-baru ini ramai dibicarakan media terkait aturan berseragam di salah satu sekolah. Jika memang aturan berseragam tidak sesuai dengan norma yang berlaku di negara kita, maka siswa bisa membicarakannya baik-baik dengan guru dan pihak sekolah. 

Diberitakan kompas.com (Senin, 25 Januari 2021), adanya aturan terkait kewajiban bagi siswi di salah satu sekolah negeri untuk menggunakan jilbab menjadi sebuah polemik. Salah satu orangtua siswi yang beragama non-muslim keberatan dengan aturan tersebut. 

Akhirnya, Kepala Sekolah menyampaikan permohonan maaf dan akan menyelesaikan persoalan secara bersama dan kekeluargaan[1]. 

Ini menjadi salah satu contoh bagaimana seorang siswa memang tidak seharusnya melakukan kepatuhan buta. Guru juga manusia yang terkadang bisa melakukan kesalahan. Yang perlu dilakukan siswa adalah mengambil yang baik dari guru dan menafikan yang buruknya.

Selain itu, kesetiaan siswa kepada guru seharusnya juga bisa diikuti dengan perasaan tanggung jawab yang tinggi untuk bisa melakukan yang terbaik di dalam belajar. Hal ini bisa direalisasikan dengan mengikuti pembelajaran secara rutin. 

Bukan hanya rutin, siswa juga harus mampu memberikan fokus dan perhatian penuh terhadap pelajaran, mengerjakan semua tugas yang diberikan guru dan menjalankan semua arahan dan instruksi dari guru di kelas.

Kesetiaan Siswa di Masa Pendidikan Daring

Di masa pembelajaran daring seperti saat ini, kesetiaan siswa benar-benar diuji. Guru bisa melihat perubahannya dengan sangat jelas. Disaat pengontrolan guru terhadap pembelajaran tidak bisa dimaksimalkan, maka self-control siswa seharusnya dikedepankan. Sejatinya, self-control adalah salah satu buah dari kesetiaan siswa kepada ilmu dan guru pengajarnya.

Sebagai contoh, ketika guru memberikan pelajaran secara daring, guru tak pernah tahu apakah siswa benar-benar mengikuti pelajaran di rumah dengan baik atau tidak. 

Apalagi jika siswa tidak bisa membuka kameranya ketika belajar dengan berbagai alasan yang sulit untuk disangkal. 

Mungkin sebagian dari siswa belajar sambil makan, mendengarkan musik, main games atau melakukan hal yang tidak penting lainnya. Hal ini menyebabkan kedisiplinan dalam mengikuti pembelajaran menjadi sesuatu yang sulit untuk dikontrol.

Begitu juga ketika guru melakukan penilaian. Walaupun banyak perangkat lunak yang bisa digunakan dengan berbagai fitur kecanggihan teknologinya, tetap saja semua tidak bisa mengukur kejujuran siswa sebenarnya. Apalagi justru kecanggihan teknologi itu juga yang terkadang digunakan untuk melakukan ketidakjujuran.

Kedisiplinan dan kejujuran adalah hanya sekelumit contoh saja yang bisa dikedepankan disini, masih banyak contoh-contoh yang lain. Lagi-lagi, kedisiplinan dan kejujuran adalah sesuatu yang bisa dilahrikan dari kesetiaan siswa dalam belajar dan menuntut ilmu. 

Jika siswa sudah menjadi siswa yang memiliki kesetiaan dalam belajar, maka dimanapun siswa berada, siswa akan bisa mengontrol diri dan sikapnya.  

Alhasil, kesetiaan adalah salah satu hal berharga yang perlu ditanamkan pada diri siswa. Di dalamnya ada kepatuhan, kedisiplinan dan kejujuran. Di dalamnya juga ada rasa cinta kepada ilmu pengetahuan dan rasa hormat kepada para guru pemberi ilmu tersebut.

Semua hal ini sudah sangat cukup untuk membuat siswa untuk belajar ilmu pengetahuan dengan cara yang baik dan akan membawa kebaikan di dalam kehidupannya, baik di dunia maupun di kehidupan kelak yang abadi.

[Baca Juga: Akar Kesuksesan]

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun