Diberitakan kompas.com (Senin, 25 Januari 2021), adanya aturan terkait kewajiban bagi siswi di salah satu sekolah negeri untuk menggunakan jilbab menjadi sebuah polemik. Salah satu orangtua siswi yang beragama non-muslim keberatan dengan aturan tersebut.Â
Akhirnya, Kepala Sekolah menyampaikan permohonan maaf dan akan menyelesaikan persoalan secara bersama dan kekeluargaan[1].Â
Ini menjadi salah satu contoh bagaimana seorang siswa memang tidak seharusnya melakukan kepatuhan buta. Guru juga manusia yang terkadang bisa melakukan kesalahan. Yang perlu dilakukan siswa adalah mengambil yang baik dari guru dan menafikan yang buruknya.
Selain itu, kesetiaan siswa kepada guru seharusnya juga bisa diikuti dengan perasaan tanggung jawab yang tinggi untuk bisa melakukan yang terbaik di dalam belajar. Hal ini bisa direalisasikan dengan mengikuti pembelajaran secara rutin.Â
Bukan hanya rutin, siswa juga harus mampu memberikan fokus dan perhatian penuh terhadap pelajaran, mengerjakan semua tugas yang diberikan guru dan menjalankan semua arahan dan instruksi dari guru di kelas.
Kesetiaan Siswa di Masa Pendidikan Daring
Di masa pembelajaran daring seperti saat ini, kesetiaan siswa benar-benar diuji. Guru bisa melihat perubahannya dengan sangat jelas. Disaat pengontrolan guru terhadap pembelajaran tidak bisa dimaksimalkan, maka self-control siswa seharusnya dikedepankan. Sejatinya, self-control adalah salah satu buah dari kesetiaan siswa kepada ilmu dan guru pengajarnya.
Sebagai contoh, ketika guru memberikan pelajaran secara daring, guru tak pernah tahu apakah siswa benar-benar mengikuti pelajaran di rumah dengan baik atau tidak.Â
Apalagi jika siswa tidak bisa membuka kameranya ketika belajar dengan berbagai alasan yang sulit untuk disangkal.Â
Mungkin sebagian dari siswa belajar sambil makan, mendengarkan musik, main games atau melakukan hal yang tidak penting lainnya. Hal ini menyebabkan kedisiplinan dalam mengikuti pembelajaran menjadi sesuatu yang sulit untuk dikontrol.
Begitu juga ketika guru melakukan penilaian. Walaupun banyak perangkat lunak yang bisa digunakan dengan berbagai fitur kecanggihan teknologinya, tetap saja semua tidak bisa mengukur kejujuran siswa sebenarnya. Apalagi justru kecanggihan teknologi itu juga yang terkadang digunakan untuk melakukan ketidakjujuran.
Kedisiplinan dan kejujuran adalah hanya sekelumit contoh saja yang bisa dikedepankan disini, masih banyak contoh-contoh yang lain. Lagi-lagi, kedisiplinan dan kejujuran adalah sesuatu yang bisa dilahrikan dari kesetiaan siswa dalam belajar dan menuntut ilmu.Â