Mohon tunggu...
Mahir Martin
Mahir Martin Mohon Tunggu... Guru - Guru, Aktivis dan Pemerhati Pendidikan

Penulis: Satu Tahun Pembelajaran Daring, Dirayakan atau Disesali? (Penerbit Deepublish, 2021); Hikmah Pandemi Covid-19 Relevan Sepanjang Masa (Guepedia, 2021); Catatan dari Balik Gerbang Sekolah untuk Para Guru (Guepedia, 2022); Motto: Reflection Notes: Ambil hikmahnya...

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Banjir Banjar, #KalselJugaIndonesia

16 Januari 2021   07:24 Diperbarui: 16 Januari 2021   07:41 762
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Banjar banjir," itu judul postingan pendek di media sosial Prof Mujiburrahman, tokoh masyarakat dan akademisi asal Banjar yang kini menduduki jabatan sebagai rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Antasari Banjarmasin.

Pada artikel ini, frasa "Banjar banjir" saya balik menjadi "Banjir banjar." Dari segi bahasa, mungkin tak banyak perbedaan makna, yang membedakan hanya pada penekanannya. Kata di awal biasanya yang jadi titik tekannya.

Banjir Banjar

Jika kita perhatikan, frasa pertama menekankan kata Banjar sebagai daerah yang terkena banjir, sedangkan frasa kedua menekankan peristiwa banjir yang terjadi di Banjar.

Namun, dari mana pun kita menekannya, tetap saja inti pembahasannya adalah bencana banjir yang terjadi di Banjar. 

Banjar adalah nama suku mayoritas yang menempati provinsi Kalimantan Selatan (Kalsel). Kalsel adalah salah satu provinsi tertua di Kalimantan. Masyarakat Kalsel terkenal dengan sisi religiusnya. Kalsel juga terkenal dengan kekayaan alamnya, berupa hutan dan hasil tambang.

Kekayaan alam itulah yang menurut pengamat yang menjadi  salah satu sebab biang keladi terjadinya banjir di Kalsel saat ini.

Bagaimana bisa? Dilansir dari laman kompas.com, Manager Kampanye Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Kalsel, M. Jefri Raharja mengatakan, curah hujan yang tinggi selama beberapa hari terakhir jelas berdampak dan menjadi penyebab banjir secara langsung.

Kendati demikian, masifnya pembukaan lahan (untuk kebun sawit dan tambang) yang terjadi secara terus menerus juga turut andil dari bencana ekologi yang terjadi di Kalimantan selama ini.[1]

Hal ini selaras dengan isi postingan Prof Mujiburrahman yang menuliskan, ketika hutan sudah digunduli, gunung dipangkas, bumi dibongkar, dan sungai ditimbun, maka dapat dimaklumi, air meluber kemana-mana. Perubahan iklim dunia tentu juga ikut mempengaruhi kejadian ini.[2]

Hal selaras juga bisa dilihat dari sisi agama. Dalam sebuah artikel, Sridewanto Pinuji, seorang pegawai di Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menuliskan, "Dengan menyadari bahwa segala musibah sudah menjadi takdir, maka suatu bencana terjadi karena faktor alam dan manusia sebagai sebab atau wasilah."[3]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun