Mohon tunggu...
Mahir Martin
Mahir Martin Mohon Tunggu... Guru - Guru, Aktivis dan Pemerhati Pendidikan

Penulis: Satu Tahun Pembelajaran Daring, Dirayakan atau Disesali? (Penerbit Deepublish, 2021); Hikmah Pandemi Covid-19 Relevan Sepanjang Masa (Guepedia, 2021); Catatan dari Balik Gerbang Sekolah untuk Para Guru (Guepedia, 2022); Motto: Reflection Notes: Ambil hikmahnya...

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Work From Destination, Kita Ambil Konstruksi Berpikir Kreatifnya, Bukan Konsepnya

8 Januari 2021   14:50 Diperbarui: 9 Januari 2021   10:10 1313
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menparekraf Sandiaga Uno (ANTARA/Fikri Yusuf  via bisnis.tempo.com)

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kreatif berarti memiliki daya cipta; memiliki kemampuan untuk menciptakan; bersifat (mengandung) daya cipta.

Menurut Guilford dalam Satiadarma (2003: 111), berpikir kreatif adalah proses berpikir menyebar (divergen) dengan suatu penekanan tentang keragaman dalam hal jumlah dan kesesuaian.[2]

Kreatif juga berarti bekerja dengan ide kreatif untuk membuat sesuatu menjadi nyata dan berguna menjadi studi dimana inovasi akan terjadi (Anonim, 2015: 3).[3]

Dilihat dari definisi-definisi tersebut, wajar jika konsep WFD bisa dikategorikan kreatif. Alasannya, karena konstruksi berpikir konsep WFD ini mengandung daya cipta, proses berpikir yang luas dan inovatif.

Konstruksi Berpikir Efisien dan Bermakna

Selain kreatif, saya juga mendukung konsep WFD ini karena konsep ini memiliki konstruksi berpikir yang mengajarkan kita untuk melakukan sesuatu secara efisien dan bermakna. 

Ada pepatah yang mengatakan, "sambil menyelam minum air." Rasanya pepatah ini sangat cocok menggambarkan konsep WFD yang mengajak kita untuk mengefisienkan waktu dan kegiatan.

Efisien saja tidaklah cukup, perlu ada makna di dalamnya. Jika ditilik, bekerja sambil berlibur ala WFD itu juga memiliki makna yang dalam.

Artinya, pekerjaan tidak akan menjadikan seseorang tertekan dan stress, justru pekerjaan akan membuat seseorang bisa lebih merasakan kebahagiaan. Jika para pekerja bahagia, motivasi dan efektivitas kinerjanya pun akan meningkat.

Konstruksi berpikir ala konsep WFD ini juga bisa diterapkan dalam bidang yang lain. Misalnya, dalam bidang pendidikan, seorang guru bisa berpikir bekerja sambil belajar. Dari sudut pandang agama maknanya lebih dalam lagi, bekerja sambil beribadah.

Terkait dengan ibadah, ulama dan intelektual Muhammad Fethullah Gulen mengatakan bahwa setiap pekerjaan yang dikerjakan dengan penuh keihklasan dan ditujukan hanya untuk menggapai ridha Tuhan, maka pekerjaan itu akan bernilai ibadah.

Sebuah Refleksi 

Jadi, dengan menggunakan sudut pandang yang kreatif, konsep WFD jauh lebih memiliki makna dibandingkan jika hanya dipandang dari sisi memperkuat sektor wisata dan ekonomi kreatif dalam pemulihan ekonomi nasional. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun