Mohon tunggu...
Mahir Martin
Mahir Martin Mohon Tunggu... Guru - Guru, Aktivis dan Pemerhati Pendidikan

Penulis: Satu Tahun Pembelajaran Daring, Dirayakan atau Disesali? (Penerbit Deepublish, 2021); Hikmah Pandemi Covid-19 Relevan Sepanjang Masa (Guepedia, 2021); Catatan dari Balik Gerbang Sekolah untuk Para Guru (Guepedia, 2022); Motto: Reflection Notes: Ambil hikmahnya...

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kepemimpinan dan Memahami Tahapan Triase, Transisi, Transformasi Pandemi

22 Desember 2020   17:06 Diperbarui: 22 Desember 2020   17:17 223
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Kepemimpinan menjadi kunci yang sangat penting dalam penanganan pandemi," itulah inti yang saya dapatkan dari seminar "Post-Pandemic School Leadership -- How to Manage Triage, Transition and Transformation" yang saya ikuti.

Kita tahu, dunia pendidikan di seluruh dunia telah memasuki era baru. Pandemi yang melanda dunia sejak bulan Februari lalu telah merubah sejarah pendidikan dunia. Hampir seluruh sekolah di suruh dunia mengubah moda pembelajaran dari moda tradisional tatap muka ke moda online.

Di negara kita, pemerintah memutuskan untuk menutup sekolah tatap muka sejak pertengahan bulan Maret lalu. Kebijakan ini pun terus dievaluasi secara berkala. Sampai saat ini, kebijakan sudah mengalami 3 kali perubahan selama kurun waktu 9 bulan. Kebijakan terakhir adalah daerah diberi kewenangan untuk memutuskan sendiri apakah pembelajaran di semester genap tahun ajaran 2020/2021 akan dilanjutkan secara daring atau tatap muka.

Pentingnya Kepemimpinan

Di kala krisis melanda, evaluasi dan perubahan berkala memang penting dilakukan. Keadaan yang sangat dinamik, tak menentu, berubah-ubah dalam hitungan hari, minggu, dan bulan membuat para pemangku kebijakan harus mengambil kebijakan yang efektif dan efisien.

Hal ini membutuhkan seorang pemimpin yang bisa memimpin sebuah institusi pendidikan dengan efektif. Di masa keadaan krisis dan tak menentu, seorang pemimpin yang efektif seharusnya bisa mengambil keputusan baik secara reaktif maupun proaktif. Keputusan reaktif diambil untuk menjawab tantangan kondisi yang ada, sedangkan keputusan proaktif diambil dengan mempertimbangkan kemungkinan yang akan terjadi ke depannya. 

Pemimpin yang efektif juga harus bisa mengelola informasi secara terbuka, inklusif, dan transparan sehingga tidak terjadi kebingungan pada bawahannya. Keputusan yang diambil harus benar-benar disosialisasikan dan dijelaskan sejelas-jelasnya tanpa meninggalkan ruang pertanyaan di komunitas.

Selain itu, dalam menghadapi krisis dan ketidakpastian, pemimpin harus bisa menjawab kebutuhan yang timbul dari perasaan naluri manusia. Diantaranya, pemimpin harus bisa memahami arti pentingnya kedaruratan, transparansi dalam berkomunikasi, menunjukkan rasa tanggung jawab, dan tetap up to date dan engage terhadap dinamika perubahan yang terjadi.

Dinamika perubahan yang terjadi memaksa pemimpin untuk bisa adaptif terhadap perubahan. Untuk bisa melakukannya, pemimpin harus memiliki perspektif yang luas sehingga bisa memiliki pemandangan yang lebih jelas mengenai krisis yang melanda.

Triase, Transisi, Transformasi

Dinamika perubahan yang cepat juga membuat pemimpin harus bisa membaca dan memahami tahapan-tahapan masa krisis yang dirasakan. Menurut Jane H. Adams pada artikelnya di situs National Recreation and Park Association, ada tiga tahapan masa krisis, yaitu triase, transisi, dan transformasi.

Tahapan pertama, triase. Triase adalah istilah medis yang digunakan dalam pertempuran atau bencana untuk menilai kondisi seseorang dengan cepat sehingga bisa segera diambil keputusan tentang bagaimana perawatannya. 

Ketika pandemi mulai melanda dunia, semua kita menjadi panik. Saat itu, kita harus segera memutuskan apa yang paling penting perlu secepatnya dilakukan dan apa yang bisa kita tunda atau tunggu untuk dilakukan. 

Keputusan dibuat dan kemudian bisa diubah apabila informasi baru muncul atau terjadi perubahan kondisi. Yang perlu kita lakukan pada tahap ini adalah terus mengumpulkan informasi baru, mengevaluasinya, menginformasikannya, dan mencoba menyesuaikan diri dengan perubahan yang terjadi.

Tahapan kedua, transisi. Transisi menandakan pergerakan dari satu tahap ke tahap lainnya. Informasi yang dikumpulkan dalam tahap triase dapat digunakan pada tahap ini. Diharapkan ada semacam stabilisasi dalam tahap ini, tetapi keputusan diambil, dan kemungkinan besar akan diubah karena situasi yang terus berkembang. 

Di masa krisis yang berubah dengan sangat cepat seperti pandemi COVID-19 ini, rencana kita minggu yang lalu mungkin sekarang berubah menjadi sesuatu yang sangat penting, kurang penting atau bahkan tidak penting untuk dipertimbangkan. 

Kini kita berada dalam tahap ini. Tahap ini bisa memakan waktu yang sangat lama. Semua dari kita harus bisa menunjukkan kesabaran, empati, dan komunikasi yang baik. Itu semua akan menjadi kunci kita menjalani tahap ini. 

Tahapan ketiga, transformasi. Transformasi adalah perubahan bentuk, penampilan, sifat atau karakter. Ini bisa dianalogikan dengan ketika telur menjadi kupu-kupu. Pertama, telur berubah menjadi larva, kemudian menjadi pupa dan akhirnya menjadi kupu-kupu. 

Tidak ada katak yang langsung melompat ke depan. Dalam transformasi, kita akan membangun sebuah sistem dan proses yang lebih permanen serta menerima datangnya kebiasaan baru. 

Memang kita belum berada dalam tahapan transformasi. Tahap ini bisa memakan waktu berbulan-bulan, atau bahkan bertahun-tahun, tetapi di sinilah potensi praktik terbaik dapat muncul karena kita telah diuji selama tahap triase dan transisi.

Transformasi memberi kita kesempatan untuk kita menyempurnakan area fokus strategis kita, mengubah praktik dan kebijakan, dan memastikan kesiapan untuk masa depan yang lebih baik.

Alhasil, kepemimpinan menjadi kunci dalam menghadapi pandemi ini. Dalam konteks pendidikan, kepemimpinan pemerintah, dalam hal ini kementerian pendidikan dan kebudayaan dan jajaran dibawahnya sangat menentukan arah bagaimana pandemi ini bisa ditangani dengan baik.

Dalam skup sekolah, pastinya para guru dan staf tata laksana sekolah yang dikomandani oleh kepala sekolah yang juga memiliki peran yang sama pentingnya terkait masalah ini. Oleh karenanya, marilah kita sama-sama belajar menghadapi krisis pandemi ini sehingga kita bisa melewati setiap tahapan dengan baik, dan pada akhirnya akan keluar dari masa-masa sulit ini.

[Baca juga: Sisi Lain Kemampuan Manajemen Waktu dalam Mengajar Daring]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun